Ahad 25 Sep 2011 09:30 WIB

Indonesia Aman dari Serpihan UARS

Rep: Devi Anggraini Oktavika/ Red: Didi Purwadi
Satelit milik NASA  Upper Atmosphere Research Satellite (UARS) .
Foto: AP/NASA
Satelit milik NASA Upper Atmosphere Research Satellite (UARS) .

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Lokasi pasti jatuhnya satelit non-aktif milik NASA, Upper Atmosphere Research Satellite (UARS) dengan nomor katalog 21701, yang diprediksi jatuh ke bumi pada 23 atau 24 September itu diperkirakan jatuh di kawasan Kanada. Dari jumlah serpihan satelit yang mencapai 26, tidak satupun jatuh di wilayah Indonesia.

Serpihan UARS diperkirakan jatuh dengan wilayah sebaran mencapai 800 kilometer (km). Hal itu disampaikan peneliti bidang matahari dan antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Abdul Rachman. “Pukul berapa tepatnya, itu belum bisa dikonfirmasi,” katanya saat dihubungi Republika.

Menurutnya, sejak Sabtu (24/9) pagi, pihaknya telah memprediksi bahwa Indonesia tidak akan menjadi lokasi jatuhnya serpihan UARS tersebut. Hal itu dikarenakan serpihan satelit tidak melintasi wilayah Indonesia saat ketinggiannya di bawah 122 kilometer. Menurut Rachman, yang juga dikutip di situs resmi Lapan, UARS terakhir melintasi wilayah Indonesia pada Jumat (23/9) mulai pukul 03.01 WIB sampai dengan pukul 16.53 WIB.

Rachman menjelaskan, UARS berada pada ketinggian 122 km pada Sabtu (24/9) pukul 11.07 WIB di Samudera Pasifik. UARS kemudian naik lagi di atas 122 km sebelum melintasi Amerika Utara lalu turun lagi di bawah 122 km di Samudera Atlantik. UARS kemudian melintasi Afrika dan naik lagi di selatan Afrika sebelum akhirnya kembali turun di selatan Australia dan melintasi Samudera Pasifik.

UARS merupakan pesawat ruang angkasa NASA terbesar yang kembali jatuh ke bumi tanpa bisa dikendalikan. Ini setelah stasiun ruang angkasa Skylab seberat 75 ton dan satelit Pegasus 2 seberat lebih dari 10 ton. Keduanya jatuh pada tahun 1979.

Pada tahun 2001, stasiun ruang angkasa Mir seberat 135 ton milik Rusia juga menghempas atmosfer. Namun, ia dikendalikan agar jatuh dan tenggelam di Samudera Pasifik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement