REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Fenomena el nino dan kelangkaan pupuk bisa berpengaruh terhadap produktivitas padi. Sebagai solusi dari permasalahan tersebut dan upaya peningkatan produktivitas padi, diterapkan program teknologi biointensif di Sentra Padi Subang, Jawa Barat.
Program dipimpin oleh Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Suryo Wiyono, melibatkan berbagai pihak sebagai stakeholder. Selain IPB, terlibat pula Kementerian Pertanian, Himpunan Alumni IPB, dan Dinas Pertanian. Instansi pelaksana seperti IPB, SMKN Compreng, Sari Bumi Nusantara, dan PT Suryo Riset Indonesia juga turut berperan dalam implementasi program.
Berkat penerapan teknologi itu, Sentra Padi Subang yang berlokasi di Desa Kiarasari, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang, telah berhasil meningkatkan produktivitas padi hingga 25 persen. Tepatnya, dari 7,2 ton per hektare menjadi 9,8 ton per hektare.
"Selain itu, program ini juga telah meningkatkan wawasan pertanian ramah lingkungan dengan produktivitas tinggi. Melalui program ini, diharapkan teknologi pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat terus dikembangkan untuk mendukung ketahanan pangan Indonesia," ujar Suryo melalui pernyataan resminya.
Teknologi biointensif adalah inovasi teknologi yang dikembangkan oleh Fakultas Pertanian IPB yang bertujuan meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan. Rangkaian komponen teknologi ini mengoptimalkan proses alami, hayati, serta ecology service.
Penerapan teknologi ini terdiri dari lima komponen utama. Pertama, penambahan bahan organik dilakukan guna meminimalisasi penggunaan bahan kimia. Komponen kedua adalah bioimunisasi dan biofertilisasi yang melibatkan perlakuan benih menggunakan bakteri dan cendawan endofit untuk meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap air dan perlindungan terhadap serangan hama penyakit.
Optimalisasi pemupukan secara presisi jumlah dan waktu pengaplikasian untuk meningkatkan kesuburan tanah dan keseimbangan hara. Monitoring dan penanganan cepat dalam pengendalian dan pencegahan hama penyakit. Selain itu, dilakukan ekslusi pestisida atau tidak menggunakan pestisida selama persemaian sampai 30 hari pertama setelah tanam.
Selain penerapan program biointensif, Suryo juga merupakan koordinator dari Kampung Inovasi Subang sekaligus salah satu pelopornya. Kampung Inovasi Subang yang berada di desa yang sama dengan Sentra Padi Subang menjadi langkah nyata dalam pemenuhan pangan, juga implementasi model pertanian terpadu dan komprehensif dari hulu sampai hilir dalam model kawasan.
Kampung Inovasi Subang melibatkan berbagai pihak seperti IPB, pemerintah, masyarakat pertanian, SMKN Compreng, dan Perusahaan Swasta seperti Sari Bumi Nusantara dan PT Suryo Riset Indonesia. Program di kampung inovasi tersebut telah berjalan selama tiga tahun.
Beberapa di antaranya adalah pemetaan kesuburan lahan presisi per petak, mekanisasi pindah tanam, mekanisasi pemanenan, penerapan teknologi bio intensif, dan pelatihan penerapan teknologi pertanian. Selain itu, sinergitas antara beberapa dosen dan pakar lintas disiplin serta pengelolaan budidaya pertanian turut menguatkan program ini.
"Kampung Inovasi Subang telah memberikan output yang signifikan. Produktivitas padi berhasil meningkat diatas 25 persen, efisiensi input produksi naik lebih dari 30 persen, dan literasi teknologi pertanian pada petani, generasi muda pertanian, dan dinas pertanian juga mengalami peningkatan yang signifikan," tutur Suryo.