REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Motorola, yang dahulu dikenal sebagai pemimpin dalam pasar ponsel Android murah, kini merosot dalam krisis identitas. Ponsel-pensel Android murah buatannya, yang sebelumnya dihargai karena kualitas pembuatannya dan performa yang handal, kini dikeluhkan karena perangkat keras yang buruk, dukungan perangkat lunak yang mengecewakan, dan jumlah bloatware yang tidak terkira.
Dilansir Digital Trends pada Jumat (29/3/2024), ini merupakan perubahan yang signifikan dari reputasi Motorola beberapa tahun yang lalu, dan bukanlah arah yang disukai oleh banyak penggemar merek tersebut.
Perjalanan Motorola: Dari Kesuksesan hingga Tantangan
Saat Motorola merilis Moto G pertama pada November 2013, ponsel tersebut bukan hanya mengubah pandangan terhadap ponsel Android murah, tetapi juga membawa revolusi dalam segmen tersebut. Moto G menawarkan kombinasi layar yang cukup besar dan tajam, performa yang baik, dan perangkat lunak Android yang bersih dan efisien.
Semua dengan harga yang sangat terjangkau. Sejak itu, ponsel-ponsel Moto G terus menjadi pilihan yang disukai dalam kategori ponsel murah. Namun, situasi berubah ketika Motorola mulai membanjiri pasar dengan berbagai model Moto G yang sulit dibedakan satu sama lain.
Strategi ini tidak hanya membingungkan konsumen, tetapi juga berdampak negatif pada kualitas ponsel Moto G secara keseluruhan. Berbagai ulasan ponsel Moto G terbaru menunjukkan penurunan dalam kualitas layar, performa, dan pengalaman pengguna, yang merupakan perubahan signifikan dari reputasi yang dimiliki Moto G beberapa tahun yang lalu.
Tantangan utama Motorola....