REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebuah pesawat ruang angkasa tak berawak di bulan menangkap dan mengirimkan data yang menganalisis 10 bebatuan bulan. Ini menjadi sebuah pencapaian yang lebih besar dari perkiraan, yang dapat membantu memberikan petunjuk tentang asal usul bulan.
Selama empat hari, Smart Lander for Investigating Moon atau SLIM, yang mendarat di bulan pada bulan lalu, menggunakan kamera spektral multi-band untuk mempelajari komposisi batuan. “SLIM berupaya memeriksa batuan bulan,” kata Manajer Proyek Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang, Shinichiro Sakai, dikitup dari laman NPR pada Rabu (14/2/2024).
Misi ke bulan adalah yang pertama di Jepang. Pesawat ruang angkasa ini melakukan pendaratan bersejarah pada 20 Januari 2024, meskipun pendaratannya salah, panel surya awalnya tidak dapat melihat matahari dan dimatikan setelah komunikasi singkat dengan Bumi. Namun pada hari kedelapan, ia mulai berfungsi, memungkinkannya berhasil membangun kembali komunikasi dengan pusat komando di JAXA yang ada di Bumi.
Foto hitam-putih yang dikirimkan segera setelah SLIM diaktifkan kembali, menunjukkan permukaan bulan yang bergelombang, termasuk enam batuan. Pesawat tersebut akhirnya memperoleh data dari 10 batu, yang semuanya telah diberi nama ras anjing, seperti Akitainu, Beagle, dan Shibainu.
“Kami berharap analisis batuan ini akan membawa kita pada asal usul bulan,” kata Sakai.
Dengan membandingkan komposisi mineral batuan bulan dan Bumi, mereka dapat mengetahui apakah batuan tersebut memiliki unsur yang sama atau tidak. Menurut hipotesis "dampak raksasa", bulan diyakini terbentuk akibat tumbukan Bumi dengan planet lain, dan massa yang lebih kecil terlepas dari planet tersebut.
Tim JAXA mengharapkan SLIM untuk mempelajari dan menganalisis hanya satu batuan. Mereka memiliki data tentang 10 batuan dan patut dirayakan sehingga mendorong tim untuk terus mempelajari asal usul bulan.
SLIM saat ini sedang hibernasi pada malam bulan lainnya yang akan berlangsung hingga akhir Februari 2024. Masih belum diketahui apakah wahana dan spektroskopnya akan bertahan dalam suhu malam yang sangat dingin dan mampu "bangun" setelah sinar matahari kembali.
Pesawat luar angkasa itu mendarat sekitar 55 meter (60 yard) dari sasarannya, dekat kawah Shioli, wilayah yang tertutup batuan vulkanik. Ini adalah pendaratan paling tepat dibandingkan misi bulan sebelumnya yang biasanya ditujukan pada area datar dengan lebar minimal 10 kilometer (6 mil).
“Jika pendarat tidak mengalami kegagalan pada menit-menit terakhir di salah satu dari dua mesin utama yang menyebabkan pendaratan lebih sulit dari yang direncanakan, pendaratan SLIM diperkirakan berada dalam jarak beberapa meter dari target,” kata JAXA.
SLIM membawa dua wahana otonom yang dilepaskan sesaat sebelum mendarat, merekam pendaratan, lingkungan sekitar, dan data bulan lainnya. Kedua probe kecil tersebut telah menyelesaikan misinya untuk merekam pekerjaan awal SLIM dan sejak itu berhenti bekerja. Pendaratan tersebut menjadikan Jepang negara kelima di dunia yang mencapai bulan, setelah Amerika Serikat, Uni Soviet, Cina, dan India.