Sabtu 10 Feb 2024 15:44 WIB

Ilmuwan Duga Ada Teks Tersembunyi tentang Astronomi di Buku Era Renaisans

Buku itu menunjukkan betapa cepatnya ilmu astronomi berubah pada zaman Renaissance.

Rep: Shelbi Asrianti / Red: Friska Yolandha
Sebuah teks astronomi awal, yang ditulis oleh Copernicus dan diterbitkan pada tahun 1543, mendalilkan bahwa matahari adalah pusat alam semesta.
Foto:

Buku-buku tersebut menunjukkan betapa cepatnya ilmu astronomi berubah pada zaman Renaisans. Pada zaman Sacrobosco, buku berbahasa Latinnya, De sphaera mundi (Di Lingkup Dunia) menempatkan Bumi sebagai pusat alam semesta.

Itu mengikuti model yang dikemukakan 12 abad sebelumnya oleh astronom Aleksandria Claudius Ptolemy. Pada abad ke-16, Copernicus menjadi bagian dari sekelompok astronom yang yakin bahwa Matahari adalah pusat tata surya. Pandangan itu tidak diterima oleh masyarakat, termasuk oleh Gereja Katolik yang mendukung pandangan bahwa kosmos berpusat pada Bumi.

Dalam menyatakan teorinya, Perpustakaan Kongres Amerika Serikat (LOC) menganalisis bahwa Copernicus sebenarnya berpegang pada alur pemikiran yang juga telah lama ada. Misalnya, astronom Yunani kuno, Plato dan Eudoxus, mengetahui bahwa Merkurius dan Venus selalu berada dekat dengan Matahari.

Itu berdasarkan penelitian ilmiah yang dilakukan lebih dari satu milenium sebelum zaman Renaisans. Banyak model pada abad-abad berikutnya telah mengusulkan variasi tipe tata surya, seperti alam semesta heliosentris Aristarchus dari Samos.  

Alternatifnya, Martianus Capella mendalilkan pada abad kelima bahwa Bumi adalah pusat alam semesta, namun Merkurius dan Venus mengorbit matahari. "Meskipun bukan bagian dari arus utama, ini semua adalah gagasan yang dibangun oleh Copernicus," kata LOC. 

Untuk menghindari kontroversi, Copernicus sengaja menunggu sekitar 30 tahun untuk menerbitkan karyanya, De revolutionibus orbium coelestium ("Tentang Revolusi Bola Surgawi"). Namun, model tata surya yang berpusat pada matahari dalam pandangan Copernicus agak berbeda dengan yang diketahui di zaman modern.  

Copernicus tidak berpikir bahwa planet-planet bergerak dalam orbit elips, melainkan dalam lingkaran sempurna. Untuk memperhitungkan penyimpangan dalam gerakan, ia menggunakan epicycles (lingkaran dalam lingkaran) seperti yang sebelumnya dilakukan astronom Ptolemy.

Tetap saja, karya Copernicus sangat penting dan berhasil mengevaluasi kembali ilmu pengetahuan dan astronomi di masa lalu. Beberapa dekade kemudian, pandangan Copernicus disempurnakan oleh Tycho Brahe dan Johannes Kepler, khususnya terkait gerakan planet.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement