Senin 08 Jan 2024 18:11 WIB

Ganjar Pranowo Sebut Rudal Hipersonik di Debat Capres, Seperti Apa Bentuknya?

Negara seperti Rusia, Cina, dan AS tengah mengembangkan rudal hipersonik.

Rep: Shelbi Asrianti / Red: Friska Yolandha
Rudal hipersonik Hwasong-8 milik Korea Utara. Ini penjelasan tentang rudal hipersonik.
Foto:

Tantangan lain yakni rudal atau peluru kendali hipersonik beroperasi di wilayah atmosfer yang berbeda dari ancaman lain yang ada. Senjata hipersonik baru ini terbang jauh lebih tinggi dibanding rudal subsonik yang lebih lambat, namun jauh lebih rendah dibandingkan rudal balistik antarbenua (ICBM).

Pada 18 Maret 2022, Rusia mengklaim telah menggunakan rudal hipersonik terhadap gudang senjata di Ukraina bagian barat. Hal itu mungkin terdengar menakutkan, namun Boyd menyoroti bahwa teknologi rudal hipersonik yang digunakan Rusia tidak terlalu canggih.  

Ada rudal hipersonik generasi berikutnya yang sedang dikembangkan oleh Rusia, Cina, dan AS, yang memang menimbulkan ancaman signifikan terhadap keamanan global. Secara umum, ada tiga jenis rudal hipersonik, yakni aero-balistik, kendaraan luncur, dan rudal jelajah.  

Sistem balistik aero hipersonik dijatuhkan dari pesawat terbang, dipercepat hingga kecepatan hipersonik menggunakan roket dan kemudian mengikuti lintasan balistik. Sistem yang digunakan pasukan Rusia untuk menyerang Ukraina adalah rudal aero-balistik. Teknologi ini sudah ada sejak 1980-an.

Sementara, kendaraan luncur hipersonik didorong dengan roket ke ketinggian dan kemudian meluncur ke sasarannya, bermanuver di sepanjang jalan.  Contoh kendaraan luncur hipersonik termasuk Dongfeng-17 Tiongkok, Avangard Rusia, dan sistem Conventional Prompt Strike milik Angkatan Laut AS.  

Selanjutnya, ada rudal jelajah hipersonik yang didorong oleh roket hingga mencapai kecepatan hipersonik, kemudian menggunakan mesin scramjet untuk mempertahankan kecepatan tersebut. Rudal jelajah hipersonik sedang dikembangkan oleh Cina dan AS.

Boyd yang menjabat sebagai direktur di Center for National Security Initiatives mengatakan bahwa AS mengembangkan pendekatan berlapis untuk mempertahankan diri dari senjata hipersonik. Hal itu mencakup konstelasi sensor di luar angkasa.

Rudal hipersonik dengan hulu ledak konvensional non-nuklir terutama berguna untuk melawan target bernilai tinggi, seperti kapal induk. Jika mampu mencapai target tersebut, dapat mempunyai dampak yang signifikan terhadap hasil konflik besar.

 

"Namun, rudal hipersonik mahal sehingga tidak mungkin diproduksi dalam jumlah besar. Seperti yang terlihat dalam penggunaan senjata hipersonik oleh Rusia baru-baru ini, senjata hipersonik pun belum tentu merupakan solusi ampuh untuk mengakhiri konflik," ungkap Boyd.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement