Senin 08 Jan 2024 18:11 WIB

Ganjar Pranowo Sebut Rudal Hipersonik di Debat Capres, Seperti Apa Bentuknya?

Negara seperti Rusia, Cina, dan AS tengah mengembangkan rudal hipersonik.

Rep: Shelbi Asrianti / Red: Friska Yolandha
Rudal hipersonik Hwasong-8 milik Korea Utara. Ini penjelasan tentang rudal hipersonik.
Foto: EPA-EFE/KCNA
Rudal hipersonik Hwasong-8 milik Korea Utara. Ini penjelasan tentang rudal hipersonik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam gelaran debat calon presiden (capres) 2024, Ahad (7/1/2024), capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo menyebutkan istilah rudal hieprsonik. Menurut Ganjar, sistem pertahanan Indonesia perlu dilengkapi rudal hipersonik dan beberapa perangkat lain.

"Sistem pertahanan rakyat semesta musti kita dorong, kita lapisi dengan pertahanan yang betul-betul berlapis. Pertahanan kita harus masuk wilayah 5.0 dengan teknologi sakti, dengan rudal hipersonik, senjata siber, sensor kuantum, dan sistem senjata otonom," kata Ganjar.

Baca Juga

Menurut Ganjar, semua itu bisa diwujudkan aapbila anggaran Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dinaikkan menjadi sebesar satu sampai dua persen dari produk domestik bruto (PDB). Sebenarnya, apa yang dimaksud rudal hipersonik dan seberapa penting alat itu untuk sistem pertahanan sebuah negara?

Profesor ilmu teknik dirgantara dari University of Colorado Boulder, Amerika Serikat, Iain Boyd, menjelaskan cara kerja rudal hipersonik. Ada beberapa jenis serta tingkatan rudal hipersonik, sehingga efek yang bisa ditimbulkannya pun bervariasi.

Dikutip dari laman The Conversation, Senin (8/1/2024), Boyd menjelaskan bahwa sesuatu dideskripsikan sebagai "hipersonik" jika bisa terbang jauh lebih cepat daripada kecepatan suara. Artinya, 1.225 kilometer per jam di permukaan laut dan 1.067 kilometer per jam pada ketinggian 10.668 meter. 

Sebagai perbandingan, jet penumpang melaju dengan kecepatan kurang dari 966 kilometer per jam, sedangkan sistem hipersonik beroperasi pada kecepatan 5.633 kilometer per jam. Boyd mengatakan, sistem hipersonik telah digunakan selama beberapa dekade.  

Dia mencontohkan, ketika John Glenn kembali ke Bumi pada 1962 dari penerbangan berawak AS yang pertama mengelilingi Bumi, kapsulnya memasuki atmosfer dengan kecepatan hipersonik. Semua rudal balistik antarbenua di gudang senjata nuklir dunia bersifat hipersonik, mencapai kecepatan maksimum 24.140 kilometer per jam atau 6,4 kilometer per detik.

"Sistem hipersonik menimbulkan tantangan penting karena kemampuan manuvernya di sepanjang lintasannya. Karena jalur penerbangannya dapat berubah seiring perjalanannya, rudal-rudal ini harus dilacak sepanjang penerbangannya," ujar Boyd.

Tantangan lain yakni rudal atau peluru....

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement