Senin 04 Dec 2023 15:38 WIB

Inikah Penyebab Sam Altman Sempat Dipecat dari OpenAI?

Sam Altman memunculkan kontroversi setelah mengakui membangun sistem AI baru.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Natalia Endah Hapsari
CEO OpenAI Sam Altman memunculkan kontroversi setelah mengakui kemungkinan adanya sistem kecerdasan buatan (AI) yang sangat maju dan rahasia yang ia bantu bangun.
Foto: EPA-EFE/JIM LO SCALZO
CEO OpenAI Sam Altman memunculkan kontroversi setelah mengakui kemungkinan adanya sistem kecerdasan buatan (AI) yang sangat maju dan rahasia yang ia bantu bangun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tokoh kunci di dunia kecerdasan buatan (AI) dan pendiri OpenAI, Sam Altman memunculkan kontroversi setelah mengakui kemungkinan adanya sistem kecerdasan buatan (AI) yang sangat maju dan rahasia yang ia bantu bangun. Meskipun Altman dipecat dari OpenAI, spekulasi muncul bahwa pengunduran dirinya mungkin terkait dengan kemajuan signifikan dari proyek bernama Q* (diucapkan Q star).

Dilansir Daily Mail pada Senin (4/12/2023), beberapa karyawan melaporkan bahwa Q* telah mencapai tingkat kecerdasan yang luar biasa, bahkan dapat lulus ujian matematika dan melaksanakan tugas berpikir kritis. Beberapa dari mereka telah memperingatkan dewan direksi perusahaan tentang potensi risiko dari proyek ini, tapi Altman terlihat tidak menganggap serius peringatan tersebut.

Baca Juga

Dalam wawancara pekan ini, Altman akhirnya mengungkapkan tentang Q* dengan menyebutnya sebagai “kebocoran yang disayangkan." Pernyataan ini memberikan sinyal bahwa Altman mungkin membenarkan eksistensi proyek tersebut.

Kisruh ini terjadi sebelum Altman dipecat dari OpenAI, kemudian dipekerjakan oleh Microsoft, dan kembali dipekerjakan oleh OpenAI dalam waktu lima hari pada November. Meskipun Altman diduga terlibat dengan Q*, dia menyangkalnya saat ditanya oleh //The Verge//.

Pertanyaan seputar Q* terungkap dalam berita //Reuters// baru-baru ini, memunculkan kekhawatiran tentang potensi risiko dan bahaya yang terkait dengan perkembangan AI yang terlalu maju. Ada kekhawatiran bahwa kecerdasan buatan yang mencapai kecerdasan umum buatan (AGI) dapat menjadi lebih kuat dari manusia dan memandang manusia sebagai ancaman.

Altman, meskipun tidak menandatangani surat terbuka yang menyerukan penghentian penelitian AI selama enam bulan, disebut-sebut memiliki peran kunci dalam perusahaan yang mengerjakan penemuan AI baru yang canggih. Sumber mengklaim bahwa Q* mungkin unggul dalam ujian matematika dan mampu menggunakan metode non-linier seperti Tree-of-Thoughts, Monte-Carlo Tree Search (MCTS), Process-Supervised Reward Models (PRMs), dan algoritma pembelajaran.

Q* disebut-sebut memiliki kemampuan yang lebih maju daripada versi terbaru dari GPT (GPT-4) yang diluncurkan pada Maret. Sumber-sumber menyatakan bahwa Q* telah lulus ujian matematika, sementara GPT-4 masih mengalami kesulitan dengan ujian sekolah menengah.

Munculnya Q* memunculkan ketakutan akan potensi konsekuensi yang tidak diketahui dari kemajuan teknologi ini, terutama dalam konteks pengembangan kecerdasan buatan yang umumnya lebih pintar daripada manusia. Pernyataan Altman dalam wawancara pekan ini masih menimbulkan banyak pertanyaan, dan OpenAI belum merespon permintaan komentar dari media. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement