REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Fenomena cuaca memberi Ukraina dorongan untuk menargetkan dan menyerang kapal perang Rusia dari jarak 80 kilometer. Kapal penjelajah berpeluru kendali Rusia, Moskva, diserang pada 13 April 2022, dan beberapa hari kemudian, laporan resmi mengonfirmasi bahwa kapal tersebut telah tenggelam.
Sebuah tim fisikawan Swedia menyimpulkan bahwa kemenangan Ukraina disebabkan oleh pembalikan suhu, yaitu ketika udara hangat memerangkap udara dingin di ketinggian yang lebih rendah. Insiden aneh ini membuat radar Ukraina 'melihat' lebih jauh dari yang telah dirancang sehingga memungkinkannya menghancurkan kapal musuh dalam jarak jauh.
Serangan tersebut memberikan pukulan taktis dan simbolis yang berat kepada Rusia pada bulan-bulan pertama perang yang dimulai pada Februari 2022. Segera setelah serangan itu, muncul laporan bahwa Ukraina telah menarget kapal penjelajah Moskva dengan dua rudal anti-kapal R-360 Neptune, namun prestasi itu tidak sepenuhnya dapat dijelaskan.
Melansir Daily Mail, Rabu (22/11/2023), operator radar dan senjata Ukraina seharusnya tidak bisa mengetahui keberadaan kapal tersebut. Pada saat serangan terjadi, Moskva berada sekitar 80 mil (150 kilometer) di laut selatan Odesa dan 50 mil (90 kilometer) di lepas pantai Ukraina.
Sistem rudal Neptunus Ukraina beroperasi dengan radar yang disebut Mineral-U, sistem radar 'pencarian dan lacak', yang memberikan koordinat serangan kepada peluncur rudal berbasis darat.
“Mengingat Moskva pada saat peluncuran rudal terletak jauh di luar jangkauan radar normal sistem berbasis darat, maka menjadi pertanyaan terbuka tentang bagaimana radar Mineral-U mampu mendeteksi kapal perang tersebut pada 13 April 2022,” tulis para ilmuwan yang menulis studi baru, yang mengajukan teori inversi suhu.
Tim tersebut menggunakan data meteorologi sejak hari serangan rudal terjadi, untuk memodelkan bagaimana gelombang radar akan berperilaku pada hari itu. Biasanya, gelombang radar akan merambat setidaknya 15 persen lebih jauh dari cakrawala geometris, saat gelombang tersebut memantul dari atmosfer dan kembali menuju permukaan planet.
Biasanya, udara yang lebih tinggi dari permukaan tanah lebih dingin. Pembalikan suhu yang terbatas terjadi ketika udara dingin di ketinggian rendah terkunci oleh udara yang lebih hangat, suatu kebalikan dari gradien normal.
Data meteorologi menunjukkan angin yang terus-menerus di lepas pantai Ukraina, membawa massa udara kontinental yang hangat dan kering ke laut di atas lapisan atmosfer laut yang sejuk dan lembab pada hari terjadinya serangan.
Pembalikan ini meluas dari daratan hingga lokasi Moskva. Model atmosfer menunjukkan bahwa inversi ini memungkinkan gelombang radar bergerak lebih jauh dari biasanya, sehingga Moskva muncul di radar Ukraina.
Begitu kapal itu muncul, menembakkan sepasang rudal Neptunus dan menyerang kapal penjelajah itu sangatlah mudah. “Hasilnya menunjukkan bahwa kondisi atmosfer harus dipertimbangkan dengan hati-hati, bahkan selama peperangan. Karena dampaknya terhadap propagasi gelombang radar bisa sangat besar,” tulis para ilmuwan.
Setelah serangan itu, para pejabat Rusia awalnya mengklaim bahwa kapal itu mengapung dan sedang ditarik kembali ke pelabuhan di Krimea untuk diperbaiki. Mereka memang mengakui bahwa kapal tersebut telah rusak, tapi mereka menyatakan bahwa penyebabnya adalah ledakan amunisi.
Beberapa laporan awal dan belum dikonfirmasi mengatakan ada trik di balik kejadian itu. Beberapa pihak mengklaim bahwa Amerika Serikat telah melengkapi pasukan Ukraina dengan koordinat Moskva. Yang lain mengatakan bahwa drone udara telah menunjukkan dengan tepat lokasi kapal tersebut.