REPUBLIKA.CO.ID, KOTA BENGKULU---Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Pulau Baai mengatakan kabut awan yang terjadi di Bengkulu telah bercampur dengan asap akibat dampak terjadinya kebakaran lahan dan hutan (karhutla).
Saat ini kabut awan di Bengkulu tipis namun bercampur asap karena telah masuk ke lapisan awan menengah dengan ditandai matahari yang berwarna sedikit kemerahan.
"Dari analisa angin tidak mungkin karena angin bergerak dari Selatan hingga Tenggara ke Utara, namun dengan adanya sumber hotspot di selatan bisa terjadi adanya kabut asap," kata Kasi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Pulau Baai Bengkulu, Anang Anwar, di Kota Bengkulu, Jumat (6/10/2023).
Dari hasil pantauan titik panas yang dilakukan, kata dia, terpantau ada tiga titik panas di Bengkulu bagian Selatan, sedangkan angin bergerak dari tenggara ke barat laut.
Dengan demikian, menurutnya, ada kemungkinan partikel asap terbawa, tapi berada di lapisan awan menengah sekitar 3000 feet dengan jumlah partikel yang tidak begitu besar yang menyebabkan matahari pagi di Kota Bengkulu berwarna kemerahan.
Sebelumnya, kabut pagi yang terjadi di sejumlah wilayah beberapa waktu terakhir disebabkan masa udara di permukaan belum mengalami penguapan.
Kemudian penguapan atau masa udara naik ke atas terjadi pada siang hari dan hal tersebut bisa terjadi, kata dia, karena partikel basah atau uap air dan bisa disebabkan juga karena partikel kering alias asap tergantung dengan kondisi di sekitar. "Kabut pagi yang terjadi di sejumlah wilayah Bengkulu disebabkan masa udara di permukaan belum mengalami penguapan atau udara masih stabil," kata Anang.
Dengan adanya uap air yg cukup banyak membuat pertumbuhan awan semakin besar sehingga peluang hujan di wilayah Provinsi Bengkulu cukup besar.