REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Sekelompok peneliti asal Jepang mengonfirmasi keberadaan mikroplastik di awan. Keberadaan mikroplastik di awan diperkirakan turut mempengaruhi iklim lewat cara yang belum benar-benar dipahami oleh para peneliti.
Temuan ini diungkapkan dalam sebuah studi yang dipublikasikan pada Environmental Chemistry Letters. Untuk melakukan studi ini, tim peneliti mendaki Gunung Fuji dan Gunung Oyama dan mengumpulkan air dari kabut-kabut menyelimuti puncak gunung-gunung tersebut.
Tim peneliti lalu memanfaatkan teknik pencitraan canggih terhadap sampel-sampel air. Teknik ini digunakan untuk menakar sifat fisik dan kimia dari sampel-sampel tersebut.
Melalui teknik ini, tim peneliti berhasil menemukan 6,7-13,9 serpihan mikroplastik dalam setiap satu liter air awan. Ada 10 jenis mikroplastik di awan yang berhasil ditemukan oleh tim peneliti. Sembilan di antaranya merupakan jenis polimer dan sisanya merupakan jenis karet. Mikroplastik di awan ini memiliki kisaran ukuran 7,1-94,6 mikrometer.
Tak hanya itu, jenis polimer yang bersifat hidrofilik atau bisa berikatan dengan air ditemukan dalam jumlah melimpah di awan. Temuan ini mengindikasikan bahwa partikel-partikel tersebut memainkan peran signifikan dalam pembentukan awan yang cepat dan juga terhadap sistem iklim.
Ketika mencapai atmosfer yang lebih tinggi, mikroplastik bisa terpapar oleh radiasi ultraviolet dari matahari. Kondisi tersebut akan mendegradasi mikroplastik. Proses ini nantinya akan berkontribusi pada timbulnya gas-gas rumah kaca.
"Bila masalah polusi plastik di udara tidak ditanggapi dengan proaktif, perubahan iklim dan beragam risiko ekologis bisa menjadi kenyataan, memicu kerusakan lingkungan yang serius dan tidak bisa dikembalikan di masa depan," ujar ketua tim peneliti dari Waseda University, Hiroshi Okochi, seperti dilansir Phys pada Selasa (3/10/23).
Mikroplastik adalah partikel plastik yang memiliki ukuran di bawah 5 milimeter. Partikel plastik ini dapat berasal dari beragam hal, mulai dari limbah industri, tekstil, ban mobil sintetis, hingga produk perawatan tubuh.
Sebelumnya, mikroplastik telah ditemukan pada tubuh ikan yang hidup di relung terdalam lautan es Arktik. Mikroplastik juga ditemukan pada salju-salju yang menyelimuti gunung Pyrenees di antara Prancis dan Spanyol.
Studi ini merupakan studi pertama yang berhasil mengidentifikasi mikroplastik airborne di air awan. Namun, mekanisme transportasi mikroplastik di udara masih belum dipahami dengan jelas mengingat penelitian terhadap mikroplastik airborne masih terbatas.
Sejauh ini, paparan mikroplastik kerap dikaitkan dengan peningkatan risiko masalah kesehatan pada manusia, seperti penyakit jantung, paru-paru, dan kanker. Tak hanya itu, cakupan keberadaan mikroplastik yang luas juga turut memberikan ancaman tersendiri bagi lingkungan.