REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan rintisan chip otak milik miliarder Elon Musk Neuralink mengumumkan bahwa pihaknya telah menerima persetujuan dari dewan peninjau independen untuk memulai perekrutan uji coba implan otak pertama pada manusia untuk pasien lumpuh. Kabar tersebut diumumkan pada Selasa (19/9/2023).
Mereka yang mengalami kelumpuhan akibat cedera tulang belakang leher atau sklerosis lateral amiotrofik mungkin memenuhi syarat untuk penelitian. Namun, perusahaan tidak mengungkapkan jumlah peserta yang akan didaftarkan dalam uji coba yang akan memakan waktu sekitar enam tahun untuk menyelesaikannya.
"Penelitian akan menggunakan robot untuk memasang implan antarmuka otak-komputer (BCI) di wilayah otak yang mengontrol niat untuk bergerak," kata Neuralink, dilansir Reuters, Rabu (20/9/2023).
Tujuan awalnya memungkinkan orang mengendalikan kursor atau keyboard komputer menggunakan pikiran mereka. Perusahaan yang sebelumnya berharap mendapat persetujuan untuk menanamkan perangkatnya pada 10 pasien sedang menegosiasikan jumlah pasien yang lebih rendah dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA).
Dalam hal ini, FDA pernah mengangkat masalah keamanan. Tidak diketahui berapa banyak pasien yang akhirnya disetujui FDA.
Musk memiliki ambisi besar untuk Neuralink. Dia mengatakan Neuralink akan memfasilitasi pemasangan perangkat chipnya secara cepat untuk mengobati kondisi seperti obesitas, autisme, depresi, dan skizofrenia.
Pada bulan Mei, perusahaan mengatakan pihaknya telah menerima izin dari FDA untuk melakukan uji klinis pertama pada manusia. Ini terjadi ketika perusahaan sudah berada di bawah pengawasan federal atas penanganan pengujian pada hewan.
Menurut para ahli, jika perangkat BCI terbukti aman digunakan pada manusia, itu masih diperlukan waktu lebih dari satu dekade lagi agar perusahaan mendapatkan izin penggunaan komersial.