Ahad 17 Sep 2023 07:05 WIB

Tidak Perlu Takut, Ini Jurus Kuasai Teknologi AI

Kita perlu tahu cara memanfaatkan teknologi sebaik-baiknya.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Natalia Endah Hapsari
Kita sebagai manusia harus gunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) sebaik-baiknya untuk kepentingan masyarakat dunia/ilustrasi.
Foto: UNM
Kita sebagai manusia harus gunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) sebaik-baiknya untuk kepentingan masyarakat dunia/ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Saat ini kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) sedang viral dan dibicarakan di berbagai bidang. Kabarnya teknologi ini mampu menggantikan pekerjaan manusia. Hal inilah yang akhirnya membuat masyarakat khawatir. Namun, apakah benar AI akan menggantikan sebagian besar pekerjaan manusia? Haruskah kita takut pada AI?

Guru Besar Teknologi Industri Pertanian, Prof Dr Ir Yandra Arkeman M.Eng mengutip perkataan Presiden RI Jokowi yang mengatakan jangan takut dengan AI. Tapi kita sebagai manusia harus gunakan AI sebagai senjata.

Baca Juga

"Jangan malah takut, terus kita pegangin, tidak boleh masuk, nanti manusia kalah. Karena apa? Manusia harus menjadi tuan mesin-mesin," ujarnya dalam acara peluncuran buku Berpacu di Era 5.0: Antologi Pemikiran Mengenai AI, Blockchain dan Teknologi Digital Terkini, Sabtu (16/9/2023).

Pria yang juga pendiri Klaster Keilmuan Blockchain, Robotic, and Artificial Intelligence Networks (BRAIN) IPB University, mengatakan yang harus kita lakukan adalah bagaimana memanfaatkan teknologi sebaik-baiknya. Memanfaatkan teknologi berarti kita harus tahu caranya, kita menjadi tuan dalam teknologi. "Jadi kita memanfaatkan teknologi. Bukan takut terus melarang, terus kita sembunyi, enggak menggunakan, malah kita akan semakin primitif," ujarnya

Ia mengatakan AI harus dikontrol. ''Kalau mau jadi pawang AI, kita harus tahu tentang AI, pelajari, kuasai dan inovasi. AI sudah dikenal masif di segala bidang termasuk dalam sektor pertanian. Apakah manusia akan dieliminasi dengan robot atau AI? Memang wajar masyarakat khawatir ketika semua dikerjakan AI. Lalu manusia mengerjakan apa? Manusia adalah subjek peradaban kita. Kita tidak boleh meninggalkan manusia. Jadi sebenarnya AI itu harus memanusiakan manusia. Jangan sampai manusia menjadi budak AI," ujar Yandra.

Yandra menegaskan bahwa kita mengkhawatirkan bahwa manusia tidak mampu berkompetisi dengan mesin. Padahal yang membuat mesin adalah manusia. Kita juga tidak ingin teknologi memusnahkan diri kita sendiri.

 

Trik menguasai AI

Yandra menyarankan kita harus mengendalikan teknologi yang kita buat sendiri. Tentunya kita tidak ingin teknologi memusnahkan kita sendiri. "AI kalau kita besarkan sembarangan akan membunuh kita sendiri. Kita cerdas, kita ciptakan kecerdasan buatan tapi kita tidak cerdas," ujarnya. 

Manusia harus menjadi subjek dari kehidupan sehingga perlu memanusiakan manusia. Kehadiran AI pun harus membantu manusia. "Kita harus jadi tuan, leader teknologi bukan jadi budak follower, user atau jadi objek teknologi. Untuk itu, salah satu caranya, harus kuasai teknologi," ujarnya.

Ia setuju dengan pernyataan Presiden Jokowi yang mengatakan manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Dia memiliki hati, dia memiliki akhlak. "Kalau manusia yang menguasai teknologi, tidak berakhlak maka dia bisa menghancurkan dirinya sendiri menggunakan untuk membunuh orang lain," ujarnya. 

Oleh karena itu, AI ini harus dikendalikan oleh manusia yang memiliki akal dan akhlak yang baik. ''Dengan begitu kita percaya manusia akan selamat. Tetapi kalau jatuh pada yang tidak memiliki akhlak bagus, maka kita akan dihantui kehancuran di masa depan,'' kata Yandra.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement