Rabu 06 Sep 2023 20:38 WIB

Jerman Percaya AI akan Bantu Peran Kepemimpinan di Masa Depan

AI dinilai akan membantu peran kepemimpinan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Jerman percaya bahwa kepemimpinan yang didukung oleh kecerdasan buatan mungkin akan segera terwujud.
Foto: Flickr
Jerman percaya bahwa kepemimpinan yang didukung oleh kecerdasan buatan mungkin akan segera terwujud.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bisakah kecerdasan buatan segera menjadi bos Anda? Para peneliti dari Kuhne Logistics University di Jerman percaya bahwa kepemimpinan yang didukung oleh kecerdasan buatan mungkin akan segera terwujud.

Teknologi digital telah terbukti penting untuk kepemimpinan yang efektif, terutama selama pandemi COVID-19. Platform komunikasi seperti Microsoft Teams dan Zoom sangat diperlukan, yang menunjukkan bahwa pergeseran digital dalam kepemimpinan sedang berjalan dengan baik.

Baca Juga

Gagasan ini bukan tentang menggantikan kepemimpinan manusia sepenuhnya, melainkan memanfaatkan keunggulan AI untuk membantu peran kepemimpinan, mulai dari pengambilan keputusan strategis hingga menganalisis perilaku karyawan. Namun, ada fase yang lebih maju lagi yang sudah di depan mata: AI tidak hanya membantu, tetapi juga menggantikan kepemimpinan manusia.

“Banyak pihak yang skeptis berpendapat bahwa kepemimpinan yang sejati membutuhkan sentuhan manusia. Mereka bertanya ‘bagaimana AI dapat memotivasi karyawan atau menumbuhkan antusiasme terhadap tujuan perusahaan’. Tanggapan terhadap kekhawatiran semacam itu sederhana saja: lepaskan semua gagasan romantisme tentang kepemimpinan. Ada kemungkinan nyata bahwa AI dapat mengungguli pemimpin manusia biasa,” demikian kata peneliti.

Pemimpin AI di masa depan tidak mungkin hanya berupa chatbot sederhana. Sebaliknya, bayangkan sebuah sistem canggih yang dilengkapi dengan kemampuan bicara alami, mirip dengan Siri atau Alexa, bahkan mungkin muncul sebagai avatar yang mirip manusia melalui teknologi VR.

Agar AI menjadi efektif sebagai pemimpin, kata peneliti, ia harus memenuhi tiga kebutuhan psikologis utama karyawan yaitu rasa memiliki, penguasaan, dan otonomi. Pemimpin yang luar biasa harus memenuhi kebutuhan itu, dan AI, dengan kemampuannya untuk melacak dan menganalisis data dalam jumlah besar, berpotensi menjawab kebutuhan ini dengan lebih efektif.

"Kita harus membuka mata dengan kenyataan bahwa pemimpin manusia tak banyak yang bisa mewujudkannya. Banyak yang menghadapi tantangan seperti stres, kurang perhatian, atau kurangnya empati,” kata peneliti.

Manusia dan mesin sudah berkolaborasi dengan mulus di beberapa bidang seperti terapi online. Beberapa orang merasa lebih mudah untuk curhat dengan mesin, dan program tertentu berkomunikasi dengan sangat otentik sehingga hampir tidak bisa dibedakan dengan manusia. Karena itulah, peneliti merasa optimis sinergi seperti itu bisa direplikasi dalam kepemimpinan.

“Bukan berarti ide kepemimpinan AI tidak menimbulkan kekhawatiran. Kita harus terlibat dalam diskusi terbuka tentang implikasinya,” kata peneliti seperti dilansir Study Finds, Rabu (6/9/2023).

Di masa mendatang, kemungkinan besar masih dibutuhkan pemimpin manusia. Namun, peran mereka mungkin akan bergeser untuk mengawasi sistem AI yang memimpin manusia lainnya. Para pemimpin manusia ini akan menetapkan pedoman perilaku AI. Dan mengingat pesatnya kemajuan teknologi AI, sangat penting untuk menetapkan pedoman ini lebih cepat.

Penelitian ini diterbitkan dalam Journal of Leadership & Organizational Studies.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement