REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Platform media sosial Twitter yang tengah mengalami transisi menjadi X mengumumkan keterlambatan pembayaran bagi hasil iklan untuk pengguna terverifikasi.
Akun @Support X menyampaikan bahwa program pembagian pendapatan iklan itu tak bisa dipenuhi tepat waktu. "Jumlah orang yang mendaftar untuk bagi hasil iklan melebihi ekspektasi kami. Kami membutuhkan lebih banyak waktu untuk meninjau semuanya untuk pembayaran berikutnya dan bertujuan agar semua akun yang memenuhi syarat dibayar sesegera mungkin," tulis akun @Support X pada Sabtu (5/8/2023).
Dikutip dari laman The Verge, Senin (7/8/2023), laman resmi dukungan platform media sosial itu menyampaikan hal serupa. Disebutkan bahwa pembayaran seharusnya dilakukan pada Ahad, (31/7/2023), tapi ternyata tidak memungkinkan. Pengguna diminta menunggu lebih lama.
Bos Twitter/X, Elon Musk, juga beberapa kali membuat unggahan tentang penundaan itu. Seperti diketahui, program bagi hasil iklan berlaku bagi pengguna terverifikasi di Twitter/X. Musk menyampaikan bahwa program pengguna terverifikasi Twitter Blue itu sekarang disebut "X Premium".
Sementara, CEO Twitter/X Linda Yaccarino belum membuat keterangan resmi secara terbuka tentang penundaan tersebut di akunnya. Namun, dia sempat membalas satu komentar soal itu, mengatakan jumlah peminat yang luar biasa membuat pembayaran butuh waktu beberapa hari lagi untuk diproses. Keterlambatan itu cukup disayangkan oleh beberapa pihak, mengingat Twitter/X sangat menggembar-gemborkan program sebagai "bagian dari upaya untuk membantu orang mencari nafkah secara langsung di X".
Bahkan, program disebut sebagai kunci Musk untuk membuat X menjadi aplikasi yang menangani perbankan, perdagangan saham, dan fitur keuangan penting lainnya. Musk mengumumkan rencana pembagian pendapatan pada Februari 2023. Perusahaan mengirimkan pembayaran putaran pertama untuk akun yang memenuhi syarat beberapa pekan silam, lalu membuka pendaftaran untuk lebih banyak orang.
Syaratnya termasuk verifikasi berbayar melalui Twitter Blue atau organisasi terverifikasi, 15 juta tayangan "organik" dalam tiga bulan terakhir, dan minimal punya 500 pengikut.
Namun, mendengar bahwa pembayaran mengalami keterlambatan menunjukkan ketidaksiapan perusahaan, bahkan sikap yang tak profesional. Hal demikian dinilai kerap terjadi setelah pengambilalihan Twitter oleh Musk, sosok yang kini berambisi mengubahnya jadi X.
Beberapa contoh kasus lain termasuk tunggakan sewa gedung untuk bangunan yang digunakan oleh Twitter di San Francisco, Amerika Serikat dan London, Inggris. Mantan karyawan Twitter di Afrika juga mengeluh karena pesangon yang dijanjikan belum juga dibayarkan. Sebuah artikel Wall Street Journal pada Februari 2023 menghitung sembilan tuntutan hukum yang dilayangkan ke Twitter, meliputi tagihan senilai 14 juta dolar AS (sekitar Rp 212,27 miliar) yang belum dibayarkan pada saat itu.
Pada Juli 2023, Musk membuat cicitan tentang situasi keuangan Twitter."Kami masih memiliki arus kas negatif, karena penurunan pendapatan iklan hingga 50 persen, ditambah beban utang yang berat," kata Musk kala itu. Namun, berikutnya dilaporkan bahwa Twitter akhirnya sudah membayarkan tagihan Google Cloud. Jadi, ada kemungkinan Twitter tidak akan mangkir membayar bagi hasil iklan pengguna.