REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Ponsel premium atau dari merek ternama kerap dipandang sebagai barang mewah yang dapat meningkatkan gengsi. Tak heran bila sebagian orang bisa tergiur oleh godaan ponsel ilegal yang kerap dijual dengan harga miring.
Menurut pengamat ponsel Herry SW, harga jual ponsel ilegal sebenarnya tidak selalu miring. Ponsel ilegal tertentu bisa memiliki harga jual yang lebih mahal. "Tetapi mayoritas memang lebih murah. Nah, yang mayoritas lebih murah itu sering kali ternyata adalah barang rekondisi," ujar Herry kepada Republika, melalui sambungan telepon, Rabu (2/8/2023).
Ponsel rekondisi merupakan ponsel yang beragam komponennya telah diganti dengan suku cadang yang tidak orisinal atau tidak sesuai standar pabrikan. Akibatnya, ponsel rekondisi kerap memiliki performa yang loyo.
Ponsel yang dipasarkan secara ilegal juga bisa berupa ponsel bekas atau tak memiliki garansi resmi. Karena tak bergaransi resmi, pembeli ponsel ilegal tak bisa mendapatkan layanan purna jual bila ponsel mereka bermasalah.Terkadang, pembeli ponsel ilegal juga bisa mendapatkan barang palsu.
Sebagai contoh, ponsel A yang merupakan keluaran lama memiliki body yang sama dengan ponsel B yang lebih baru. Oknum penjual lalu mengganti body ponsel A dengan body ponsel B lalu menjualnya dengan harga seperti ponsel B asli."Ponsel tersebut dijual lebih mahal, penggunanya tidak sadar," tambah Herry.
Memang tidak semua ponsel ilegal adalah ponsel rekondisi atau ponsel palsu. Ada pula ponsel orisinal dan sesuai standar pabrikan yang menjadi ponsel ilegal karena jalur masuknya tidak sah.
Meski begitu, pengguna ponsel orisinal yang ilegal juga bisa merasakan kerugian. Kerugian tersebut adalah terkena pemblokiran IMEI sehingga ponsel tidak bisa mengakses jaringan seluler.
Selain berisiko mendapatkan ponsel berkualitas buruk dan tak mendapatkan layanan purnajual, Herry mengatakan pengguna ponsel ilegal juga bisa mendapatkan kerugian lain. Kerugian tersebut adalah terkena blokir IMEI.