REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Ternyata bukan armada antariksa dari SpaceX milik Elon Musk yang menjadi roket dengan bahan bakar metana pertama yang meluncur ke orbit. Justru sebuah perusahaan ruang angkasa swasta di Cina yang membuat sejarah kedirgantaraan dengan meluncurkan roket berbahan bakar metana ke orbit. Hal itu mengantarkan era baru bahan bakar roket yang lebih bersih dan aman, yang cocok untuk dapat digunakan kembali.
Dilansir Gizmodo pada Jumat (!4/7/2023), Zhuque-2 Landspace diluncurkan pada pukul 21.00 waktu AS Selasa (11/7/2023) dari Jiuquan Satellite Launch Center di Gurun. Perusahaan mengumumkan bahwa ini adalah upaya kedua roket untuk mencapai orbit, setelah kegagalan misi yang tidak menguntungkan pada Desember 2022 lalu. Saat itu, kegagalan tersebut menghancurkan 14 satelit di dalamnya.
Kali ini, Zhuque-2 mencapai orbit tanpa masalah, tanpa muatan di atas roket setinggi 162 kaki (49,5 meter). Landspace yang berbasis di Beijing menyatakan bahwa misi kedua roket itu sukses total. Astrofisikawan Jonathan McDowell menulis Space Force di AS secara independen mengonfirmasi bahwa Zhuque-2 mencapai orbit, setelah melacak objek yang konsisten dengan peluncuran roket.
Zhuque-2, yang diterjemahkan menjadi Vermilion Bird-2, dilengkapi dengan mesin generator gas yang mampu menghasilkan daya dorong 243 metrik ton. Roket dapat membawa muatan seberat 6 metrik ton ke orbit rendah Bumi, atau kapasitas muatan 4 metrik ton yang dikurangi ke orbit sinkron Matahari.
Industri luar angkasa ingin memanfaatkan metana sebagai bahan bakar roket generasi berikutnya karena dianggap lebih bersih dan aman daripada hidrogen cair, minyak tanah, dan propelan lain yang saat ini digunakan. Metana juga merupakan alternatif termurah yang membuatnya lebih diinginkan untuk roket yang dapat digunakan kembali.
SpaceX sempat berharap untuk menggunakan bahan bakar metana cair untuk menggerakkan roket Starship generasi berikutnya, yang gagal mencapai orbit selama uji terbang pertamanya pada April. Perusahaan lain, Relativity Space, meluncurkan roket berbahan bakar metana pada Maret, Terran-1, tetapi kegagalan mesin mencegah roket mencapai orbit. Roket lain yang akan mengandalkan bahan bakar metana, termasuk Neutron dari Rocket Lab, New Glenn dari Blue Origin, dan Terran R dari Relativity Space (penerus Terran-1).
Landspace mengalahkan perusahaan-perusahaan lain untuk pencapaian yang membanggakan ini, setelah Zhuque-2 miliknya sendiri mencapai orbit. Perusahaan rintisan Cina itu telah mencoba meluncurkan roket Zhuque-1 tiga tahap, yang menggunakan propelan padat pada 2018. Zhuque-1 gagal mencapai orbit, setelah itu perusahaan beralih ke metana cair sebagai propelan.
Keberhasilan Landspace menandai tonggak utama bagi sektor luar angkasa swasta Cina, yang telah berkembang pesat selama 10 tahun terakhir setelah pemerintah mengizinkan investasi mengalir ke perusahaan penerbangan luar angkasa daripada terus membiarkan perusahaan milik negara mendominasi bidang tersebut.