REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – TikTok mengadopsi konsep Shoppertainment, yaitu perdagangan berbasis konten yang mengutamakan hiburan dan edukasi sekaligus mengintegrasikan konten dan komunitas. Hal ini dilakukan agar pengalaman belanja yang didapat menyeluruh.
Pendekatan ini menciptakan cara yang menarik bagi pemilik usaha untuk mengubah interaksi mereka dengan konsumen melalui format Video First, Sound-On. Menurut studi oleh TikTok dan Boston Consulting Group (BCG) dengan judul Shoppertainment: APAC’s Trillion-Dollar Opportunity, Shoppertainment dapat membuka peluang untuk menghasilkan peluang pasar senilai satu triliun dolar AS bagi pemilik usaha di Asia Pasifik (APAC) tahun 2025.
Sedangkan di Indonesia, peluang pasar diperkirakan 27,3 miliar dolar AS atau sekitar Rp 405 triliun. Head of Global Business Solutions, Asia Pacific, Middle East, Africa & Central Asia, TikTok, Shant Oknayan, mengatakan, konsumen saat ini lebih terbuka untuk berpartisipasi dan mengulas merek serta produk karena adanya demokratisasi kreativitas di platform.
“Pengguna mencari konten yang autentik, video yang menginspirasi, dan pengalaman berbelanja yang baik selama musim Mega Sales yang berlangsung dari September hingga akhir tahun di Asia Tenggara,” kata Oknayan dalam acara TikTok Shoppertainment Summit 2023 di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Rabu (5/7/2023).
Saat ini, TikTok memiliki pengguna bulanan lebih dari 325 juta di Asia Tenggara dan lebih dari 15 juta bisnis ada di Asia Tenggara. Ini membuat TikTok menjadi rumah bagi Shoppertainment. “TikTok menjadi rumah bagi Shoppertainment yang memberikan pengalaman berbelanja unik bagi konsumen dan brand," ujarnya.
Menurut studi BCG, 81 persen pengguna TikTok di Asia Pasifik menyatakan konten video memengaruhi pembelian terbaru mereka. Misalnya, fenomena tagar #TikTokMadeMeBuyIt yang tercipta secara daring selama pandemi telah memperkenalkan pengguna dengan cara-cara baru untuk menemukan produk baru di TikTok.