Kamis 22 Jun 2023 10:41 WIB

Jangan Kaget, Teknologi Kecerdasan Buatan Dipakai untuk Wawancara Kerja

Teknologi kecerdasan buatan menjadi teknologi yang paling dicari di seluruh dunia.

Rep: Santi Sopia/ Red: Natalia Endah Hapsari
Teknologi kecerdasan buatan (AI) segera dimanfaatkan untuk mewawancarai pelamar kerja atau calon karyawan. Pelamar akan duduk berhadapan dengan AI untuk melakukan sesi wawancara/ilustrasi.
Foto: UNM
Teknologi kecerdasan buatan (AI) segera dimanfaatkan untuk mewawancarai pelamar kerja atau calon karyawan. Pelamar akan duduk berhadapan dengan AI untuk melakukan sesi wawancara/ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Kecerdasan buatan (AI) dengan cepat menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Dari aplikasi utilitas hingga membantu berbagai tugas lintas industri, AI menjadi teknologi yang paling dicari di seluruh dunia.

Tidak mengherankan jika AI telah mulai mengambil alih beberapa tugas penting yang dilakukan oleh manusia profesional. Berbagai tugas seperti mengajar, membantu dengan informasi, membantu pengguna memesan tiket film, bisa dilakukan AI.

Baca Juga

Sekarang di dunia kerja, tampaknya AI akan segera dimanfaatkan untuk mewawancarai pelamar kerja atau calon karyawan. Pelamar akan duduk berhadapan dengan AI untuk melakukan sesi wawancara.

Resume Builder, sumber populer untuk pencari kerja, baru-baru ini menerbitkan sebuah survei yang mengungkapkan bahwa sebanyak 43 persen perusahaan berencana menggunakan AI untuk melakukan wawancara kerja pada tahun 2024. Dari jumlah tersebut, hampir 15 persen hanya akan mengandalkan AI di seluruh dunia untuk proses perekrutan. Survei dilakukan pada lebih dari 1.000 karyawan.

Menurut survei, dikutip dari laman Indian Express, Kamis (22/6/2023), sebanyak dua per tiga grup percaya bahwa wawancara AI akan meningkatkan efisiensi perekrutan. Sebanyak 15 persen mengatakan AI akan digunakan untuk membuat keputusan tentang kandidat tanpa campur tangan manusia. Selain itu, lebih dari 50 persen peserta percaya bahwa AI pada akhirnya akan menggantikan manajer perekrutan manusia.

Namun, hampir 32 persen responden mengatakan bahwa perusahaan mereka tidak berencana menggunakan AI untuk wawancara. Tanggapan mereka termasuk, preferensi untuk berinteraksi langsung dengan kandidat potensial, kurangnya efektivitas biaya dalam wawancara AI, dan keyakinan bahwa ada terlalu banyak hasil dan risiko yang tidak diketahui.

Selain itu, banyak responden dalam kategori ini mengungkapkan kurangnya kesadaran mereka akan alat AI untuk wawancara kerja. Sebanyak 43 persen peserta mengatakan bahwa perusahaan mereka akan menggunakan AI untuk wawancara pada tahun 2024.

Hampir 85 persen di antaranya menyatakan perangkat lunak AI akan memberikan rekomendasi tentang kandidat, tetapi keputusan akhir akan dibuat oleh manusia.

Ketika ditanya di mana AI akan digunakan dalam proses perekrutan, 65 persen mengatakan bahwa AI akan berfungsi sebagai alat penyaringan awal, 14 persen menyebut ini langkah terakhir dalam proses, sementara 17 persen mengatakan wawancara AI adalah satu-satunya langkah. Para peserta juga ditanya bagaimana AI akan mengevaluasi para kandidat.

Sebanyak 83 persen mengaku akan mengevaluasi kualifikasi pekerjaan tertentu, sisanya mengatakan bahwa AI juga akan menilai untuk memastikan kandidat cocok secara budaya.

Dari sebagian peserta survei yang perusahaannya menggunakan AI untuk wawancara dan perangkat lunak pelacakan pelamar (ATS), 60 persen mengatakan ATS lebih efektif daripada wawancara AI. Mengenai efisiensi AI untuk wawancara, 65 persen mengakui bahwa AI akan meningkatkan efisiensi perekrutanz

Lalu 14 persen mengatakan akan menurunkan efisiensi perekrutan, dan 21 persen merasa bahwa AI tidak akan berpengaruh pada efisiensi perekrutan.

Survei yang ditugaskan oleh ResumeBuilder.com diselenggarakan oleh SurveyMonkey, awal bulan ini. Responden terdiri atas 2.286 pekerja Amerika berusia antara 18 dan 64 tahun. Semua responden mempekerjakan manajer dengan tanggung jawab utama atau mereka yang terlibat dalam pengambilan keputusan tentang perekrutan karyawan tetapi bukan pembuat keputusan utama.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement