REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Saat ini tengah marak isu soal musik dan suara musisi yang bisa digantikan dengan kecerdasan buatan (AI). Namun, dengan tegas Grammy mengumumkan larangan penggunaan AI dalam industri musik. Hal ini demi mewujudkan karya orisinal dari seorang musisi.
Peraturan Grammy jelas tertulis. "Hanya pencipta manusia yang memenuhi syarat untuk Grammy Awards. Pengumuman dari badan yang memberikan penghargaan musik paling terkenal di dunia ini bertujuan untuk mengendalikan penggunaan kecerdasan buatan (AI) di industri musik," demikian bunyi pesan Recording Academy tersebut seperti dilansir dari laman The Times of India, Senin (19/6/2023).
Penggunaan AI telah dengan cepat menyebar sejak Desember ketika OpenAI meluncurkan ChatGPT, chatbot gratis yang didukung oleh Microsoft Corp yang dapat menghasilkan dialog mirip manusia berdasarkan masukan sederhana. Sejak saat itu, beberapa aplikasi AI telah bermunculan, memungkinkan pengguna untuk membuat atau menganimasikan foto, membuat avatar dalam film, menulis lagu, esai, dan artikel. Hal ini tentu saja mengancam kedudukan manusia, teknologi AI bisa menggantikan manusia dalam banyak pekerjaan.
Aturan Grammy
Grammy pun memperbarui aturan yang berbunyi, "Karya yang tidak memiliki pengarang manusia tidak memenuhi syarat dalam kategori apa pun," tulis pihak Grammy.
Meskipun Grammy melarang karya yang sepenuhnya menggunakan AI, beberapa musik yang dibuat dengan bantuan AI masih dapat memenuhi syarat dalam beberapa kategori tertentu.
Pencipta musik sekarang harus berkontribusi setidaknya 20 persen dalam sebuah album untuk mendapatkan nominasi. Sebelumnya, produser, penulis lagu, teknisi, atau artis yang tampil dalam sebuah album dapat mendapatkan nominasi untuk album of the year, bahkan jika kontribusinya kecil.
Writers Guild of America Protes
Writers Guild of America (WGA) dan Screen Actors Guild (SAG-AFTRA) juga menghadapi masalah penggunaan AI di bidang kreatif penulisan skenario dan akting. WGA ingin mengendalikan penggunaan AI dalam penulisan skenario, sementara para aktor SAG ingin memastikan anggotanya dapat mengontrol penggunaan persona digital mereka dan menerima kompensasi yang sesuai.