Senin 29 May 2023 13:47 WIB

Jepang Uji Coba Pancarkan Tenaga Surya dari Luar Angkasa

Di luar angkasa, panel surya dapat mengumpulkan energi kapan pun waktunya.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Natalia Endah Hapsari
Jepang dan Badan Penjelajah Antariksa Jepang (JAXA) telah menghabiskan waktu puluhan tahun guna mencoba memungkinkan pancaran energi matahari dari luar angkasa. /ilustrasi
Foto: techgenie.com
Jepang dan Badan Penjelajah Antariksa Jepang (JAXA) telah menghabiskan waktu puluhan tahun guna mencoba memungkinkan pancaran energi matahari dari luar angkasa. /ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Jepang dan Badan Penjelajah Antariksa Jepang (JAXA) telah menghabiskan waktu puluhan tahun guna mencoba memungkinkan pancaran energi matahari dari luar angkasa. Pada tahun 2015, Jepang membuat terobosan ketika para ilmuwan JAXA berhasil memancarkan daya yang cukup untuk menyalakan ketel listrik sebesar 1,8 kilowatt lebih dari 50 meter ke penerima nirkabel.

Sekarang, Jepang siap membawa teknologi ini selangkah lebih dekat dengan kenyataan. Menurut laporan Nikkei, kemitraan publik-swasta Jepang akan mencoba memancarkan energi matahari dari luar angkasa paling cepat tahun 2025.

Baca Juga

Dilansir Engadget, Senin (29/5/2023), proyek dipimpin oleh profesor Universitas Kyoto Naoki Shinohara yang telah mengerjakan energi matahari berbasis ruang angkasa sejak 2009. Nantinya, dia akan mencoba menyebarkan serangkaian satelit kecil di orbit.

Kemudian para peneliti akan mencoba memancarkan energi matahari yang dikumpulkan ke stasiun penerima berbasis darat yang jaraknya ratusan mil. Pada tahun 1968, untuk mengirim energi ke Bumi telah diusulkan pertama kali menggunakan panel surya orbital dan gelombang mikro.

Sejak saat itu, beberapa negara, termasuk China dan Amerika Serikat (AS), telah menghabiskan waktu dan uang untuk mengejar ide tersebut. Teknologi ini menarik karena susunan surya orbit mewakili pasokan energi terbarukan yang berpotensi tidak terbatas.

Di luar angkasa, panel surya dapat mengumpulkan energi kapan pun waktunya. Dengan gelombang mikro untuk memancarkan daya yang dihasilkan, awan juga tidak menjadi masalah. Namun, jika Jepang berhasil menyebarkan satu set susunan surya orbit, teknologinya masih lebih dekat dengan fiksi ilmiah daripada fakta. Sebab memproduksi susunan itu dapat menghasilkan daya 1 gigawatt atau sekitar keluaran satu reaktor nuklir yang akan menelan biaya sekitar tujuh miliar dolar AS. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement