REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Twitter menuduh Microsoft Corp melanggar perjanjian atas penggunaan data perusahaan media sosial. Menurut sebuah surat yang dilihat Reuters pada Kamis, pengacara mengatakan Microsoft telah menggunakan lebih banyak data Twitter dibandingkan yang seharusnya.
Twitter juga menyebut Microsoft membagikan data tersebut dengan lembaga pemerintah tanpa izin. Padahal, Microsoft telah setuju untuk mematuhi Perjanjian dan Kebijakan Pengembang Twitter. Namun, tinjauan terbaru terhadap aktivitas perusahaan itu menunjukkan kemungkinan adanya pelanggaran beberapa ketentuan perjanjian.
“Microsoft juga tampaknya telah menggunakan API Twitter untuk penggunaan dan tujuan yang tidak sah," kata pengacara Alex Spiro dalam suratnya kepada CEO Microsoft Satya Nadella, dilansir Reuters, Jumat (19/5/2023).
Seorang juru bicara Microsoft mengatakan, perusahaan pada Kamis mendengar dari sebuah firma hukum yang mewakili Twitter dengan beberapa pertanyaan tentang penggunaan antarmuka pemrograman aplikasi (API) Twitter.
"Kami akan meninjau pertanyaan-pertanyaan ini dan menanggapinya dengan tepat. Kami berharap dapat melanjutkan kemitraan jangka panjang kami dengan perusahaan," kata juru bicara tersebut.
Pemilik Twitter Elon Musk berselisih dengan Microsoft atas platform kecerdasan buatannya (AI). Pada April, Musk mengatakan, akan meluncurkan platform AI yang dia sebut TruthGPT untuk menantang penawaran dari Microsoft dan Google.
Dia telah mengkritik OpenAI yang didukung Microsoft, perusahaan di balik sensasi chatbot ChatGPT, karena melatih AI untuk berbohong. Selain itu, dia juga menyebut OpenAI sekarang telah menjadi sumber tertutup dan organisasi untuk mencari keuntungan yang bersekutu dengan Microsoft.