REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini telah terjadi ledakan minat dalam penggunaan kecerdasan buatan (AI) di banyak sektor, sejak peluncuran chatbot ChatGPT tahun lalu dari perusahaan rintisan OpenAI asal Amerika Serikat. Kini, revolusi AI itu diharapkan bisa pula diterapkan di sejumlah pabrik.
Pada ajang Hanover Fair tentang teknologi industri pekan lalu di Jerman, potensi kecerdasan buatan di sektor manufaktur menjadi fokus utama. Berbagai inovasi pun dipresentasikan di sana, salah satunya oleh penyedia layanan teknologi informasi AS, HPE.
Temuan yang diperkenalkan yakni prototipe asisten virtual yang dilengkapi AI dan bisa mengoperasikan lengan robot. "Untuk mengatasi masalah teknis, pekerja pabrik tidak perlu lagi mendapatkan ahli yang berkualifikasi di lokasi. AI bisa bertanggung jawab untuk memandu perbaikan," kata Thomas Meier, analis data dari HPE, dikutip dari laman Japan Today, Kamis (27/4/2023).
Perusahaan AS yang memiliki sekitar 60.000 karyawan itu telah bekerja selama setahun terakhir dengan Aleph Alpha, sebuah perusahaan rintisan asal Jerman. Selain AI untuk memperbaiki mesin yang rumit, ada bentuk penerapan lainnya.
Misalnya, program yang dapat mendeteksi adanya masalah mesin atau memeriksa apakah bagian mesin sudah terpasang dengan benar. Secara sumber daya, Aleph Alpha terbilang sederhana dibandingkan dengan yang tersedia untuk OpenAI, yang telah menerima pembiayaan besar dari Microsoft.
Namun, perusahaan rintisan Jerman itu percaya pihaknya punya keunggulan utama, yakni menyimpan data pelanggan di Eropa. CEO Aleph Alpha, Jonas Andrulis, mengatakan bahwa kontribusi Eropa terhadap revolusi AI harus melampaui regulasi.
Andrulis mafhum bahwa perkembangan AI dapat menimbulkan gejolak besar di dunia kerja, tetapi dia juga berusaha menawarkan jaminan. "Ini tidak seperti AI akan mengambil pekerjaan Anda. Tetapi perusahaan yang menggunakan AI akan mengambil pangsa pasar dari perusahaan yang tidak," ucapnya.
Di stan lain Hanover Fair, Siemens juga memamerkan aplikasi yang ditujukan untuk meningkatkan kinerja pabrik. Dalam kemitraan dengan Microsoft, konglomerat industri Jerman tahun ini berencana untuk mengeluarkan versi baru dari platform perpesanan Teams.
Versi itu akan menampilkan ChatGPT dan dirancang khusus untuk membantu pekerja dan menemukan default pada produk. Microsoft dan Siemens, yang juga bekerja dengan sejumlah klien di industri otomotif dan kedirgantaraan, menolak tuduhan bahwa AI akan menyebabkan hilangnya pekerjaan.
CEO Siemens Digital Industries Software, Anthony Hemmelgarn, mengatakan bahwa AI tidak menggantikan siapa pun, namun hanya menyelesaikan tugas tertentu yang belum rampung. "Ini semua tentang meningkatkan efisiensi," ujar Hemmelgarn.
Keuntungan lain yang dapat diberikan AI adalah mengatasi masalah kurangnya tenaga kerja terampil, khususnya di Jerman. Kepala penyelenggara Hanover Fair, Jochen Koeckler, hampir 58 persen produsen Jerman mengeluh kekurangan tenaga kerja. Itu terungkap lewat sebuah studi oleh Institut Federal untuk Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan yang diterbitkan pada Desember 2022.