REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membentuk tiga tim untuk meneliti fenomena gerhana matahari hibrida yang berpusat di Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua.
Gerhana matahari hibrida tergolong unik, karena sebagian wilayah yang dilalui jalur gerhana akan mengalami gerhana matahari total dan sebagian wilayah lainnya mengalami gerhana matahari cincin.
"Pada 20 April mendatang, kami akan melakukan pengamatan di Biak," kata Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Antariksa BRIN, Johan Muhammad dalam penyataan yang dikutip di Jakarta, Rabu.
Tim pertama BRIN melakukan penelitian matahari, yaitu melakukan prediksi penampakan korona dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan dan menganalisis bentuk korona untuk mengetahui fase aktivitas matahari.
Selanjutnya, tim kedua melakukan penelitian ionosfer yang mana akan meneliti dampak gerhana matahari terhadap kondisi ionosfer di Indonesia.Kemudian, tim penelitian ketiga akan melakukan penelitian geomagnet berupa meneliti dampak gerhana terhadap aktivitas geomagnet.
Johan berharap penelitian-penelitian terkait gerhana matahari hibrida itu dapat memberikan informasi mengenai dampak gerhana yang dapat berpengaruh pada teknologi di Bumi yang berbasis teknologi antariksa, seperti navigasi dan telekomunikasi.
Selain itu, penelitian-penelitian itu nantinya dapat menjadi momen untuk melakukan validasi model-model antariksa yang selama ini telah dibuat."Pengujian itu sangat penting untuk mengetahui seberapa baik model yang ada, sehingga dampak negatif cuaca antariksa dapat diantisipasi secara akurat," kata Johan.