Kamis 09 Mar 2023 17:05 WIB

Kecerdasan Buatan Bisa Mengancam Dunia Seni?

Posisi asisten seniman manga bisa tergeser tampaknya bukanlah isapan jempol.

Rep: Santi Sopia/ Red: Natalia Endah Hapsari
Beberapa anggota parlemen Jepang telah menyuarakan keprihatinan atas hak seniman akibat kehadiran teknologi kecerdasan buatan/ilustrasi.
Foto: deviantart
Beberapa anggota parlemen Jepang telah menyuarakan keprihatinan atas hak seniman akibat kehadiran teknologi kecerdasan buatan/ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Teknologi kecerdasan buatan (AI) merambah ke dunia seni. Salah satunya adalah Midjourney yang dikembangkan di Amerika Serikat dan popularitasnya melejit di seluruh dunia setelah diluncurkan pada tahun lalu. Seperti generator teks-ke-gambar AI lainnya, penemuannya yang fantastis, absurd, dan terkadang menyeramkan, terkesan sangat canggih, dan menjadi buruan di antara para seniman.

Meski demikian, alat AI tersebut juga sedang menghadapi tuduhan hukum, besama rintisan yang berbasis di London, yakni Stable Diffusion. Kedua aplikasi itu dituduh atas tuntutan hukum pelanggaran hak cipta karena mengambil sejumlah besar materi tanpa izin.

Baca Juga

Beberapa anggota parlemen Jepang telah menyuarakan keprihatinan atas hak seniman. Meskipun para ahli mengatakan pelanggaran hak cipta tidak mungkin terjadi jika seni AI dibuat menggunakan perintah teks sederhana, dengan sedikit kreativitas manusia.

Netflix pernah merilis animasi pendek Jepang pada bulan Januari lalu dengan bantuan AI. Kendati hal itu mendapat kecaman karena tidak melibatkan animator manusia.

"Kemungkinan asisten seniman manga akan digantikan (oleh AI) bukanlah isapan jempol belaka," kata profesor Universitas Keio Satoshi Kurihara kepada AFP dilansir dari Japan Today, Kamis (9/3/2023).

Pada 2020, Kurihara dan timnya menerbitkan komik berbantuan AI dengan gaya mendiang pelopor manga Osamu Tezuka. AI dinilai akan mempengaruhi masa depan industri manga.

Beberapa seniman manga menyambut baik kemungkinan baru yang ditawarkan oleh teknologi. Ada yang benar-benar tidak melihat AI sebagai ancaman.

“Sebaliknya, saya pikir itu bisa menjadi pendamping yang hebat," kata Madoka Kobayashi, yang telah berkarier selama lebih dari 30 tahun, kepada AFP.

Kecerdasan buatan dapat membantu dia memvisualisasikan apa yang ada dalam pikirannya. Penulis, yang juga melatih calon seniman manga di akademi Tokyo, itu berpendapat bahwa manga tidak hanya dibangun di atas estetika, tetapi juga di atas plot yang dirancang dengan cerdik.

Meski begitu, dia enggan menyalin langsung dari gambar yang dihasilkan komputer. Itu karena ia tidak tahu pasti karya siapa yang dipakai sebagai dasar oleh gambar tersebut.

"Seni AI memang bagus... tapi menurut saya gambar manusia lebih menarik, justru karena 'berantakan'," kata Ginjiro Uchida, siswa berusia 18 tahun.

Tiga penerbit besar menolak berkomentar terkait kehadiran AI. Rootport juga tidak berpikir bahwa manga yang sepenuhnya dibuat tanpa bantuan AI akan tetap dominan selamanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement