Senin 13 Feb 2023 09:45 WIB

Apa Hubungan Bambu dan Mitigasi Perubahan Iklim?

Kawasan yang ditumbuhi bambu biasanya teduh, udara sejuk, dan air melimpah.

Petugas merawat tanaman bambu di area Udjo Ecoland, Cimenyan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Udjo Ecoland merupakan area agrowisata yang diinisiasi oleh Saung Angklung Udjo dan melibatkan masyarakat desa Cimenyan. Udjo Ecoland merupakan salah satu kawasan konservasi bambu yang memiliki 34 jenis tanaman bambu serta wisata edukasi pertanian serta peternakan.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petugas merawat tanaman bambu di area Udjo Ecoland, Cimenyan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Udjo Ecoland merupakan area agrowisata yang diinisiasi oleh Saung Angklung Udjo dan melibatkan masyarakat desa Cimenyan. Udjo Ecoland merupakan salah satu kawasan konservasi bambu yang memiliki 34 jenis tanaman bambu serta wisata edukasi pertanian serta peternakan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Daun-daun bambu bergesekan tertiup angin yang menyelinap di tepi anak sungai. Suasana di pojok-pojok kampung itu membangkitkan kembali romansa masa lalu tentang lingkungan teduh, berudara segar yang diciptakan oleh rumpun tanaman dengan nama ilmiah Bambusoideae tersebut. Bambu dulu banyak menjadi tanaman batas desa.

Kawasan yang ditumbuhi bambu biasanya suasananya teduh, udara sejuk, dan air melimpah. Bambu dikenal memiliki keunggulannya sebagai tanaman konservasi. Bambu memiliki sistem perakaran serabut yang juga berfungsi menjaga ekosistem air.

Baca Juga

Sejumlah kalangan menyebut bambu sebagai rumput raksasa, lantaran bentuknya yang berumpun menyerupai rumput.

Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim (DPPPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,Sarwono Kusumaatmaja, mengatakan tanaman bambu tersebar merata dan tumbuh dengan baik di wilayah beriklim tropis dan juga subtropis di seluruh dunia, khususnya di Benua Asia, Benua Afrika, dan Benua Amerika.

Indonesia mempunyai tempat yang unik dalam bidang bambu. Di seluruh dunia saat ini terdapat lebih dari 1.500 spesies bambu yang terangkum dalam 90 famili tumbuhan.

Indonesia mempunyai kurang lebih 176 spesies bambu atau 10 persen dari keseluruhan spesies bambu di dunia. Sekitar 50 persen tanaman bambu yang berkembang di negara ini dapat digolongkan sebagai tumbuhan endemik.

Oleh karena itu, bambu telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai tanaman hias, kerajinan tangan, perkakas, mebel, bahkan alat musik, terutama bagi mereka yang bermukim di kawasan pedesaan.

Sedangkan di kawasan perkotaan, pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dipandang memiliki kebutuhan terhadap sandang, pangan, dan perlindungan yang membuat fungsi bambu kian meluas dari waktu ke waktu.

Dalam berbagai Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa, Indonesia sering menyinggung tentang peran bambu yang berfungsi untuk memitigasi perubahan iklim.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, mengatakan bambu punya peran ekologis untuk menghadapi ancaman lingkungan dan dampak buruk perubahan iklim.

Berdasarkan data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang dilakukan di Kebun Raya Bali, satu rumpun bambu pentung berumur lima tahun dengan jumlah 20 batang dan tinggi rata-rata 15 meter dengan diameter batang 10 sentimeter bisa mengkonservasi air sebanyak 391,22 meter kubik atau setara 391,22 ribu liter per hektare.

Bahkan, total biomassa yang mampu disimpan oleh tanaman bambu berkisar 87,35 ton per hektare.

Sejauh ini, Indonesia belum mempunyai data akurat tentang luas bambu mengingat tanaman itu tumbuh secara sporadis dengan angka perkiraan mencapai lebih dari 1 juta hektare.

Direktur Eksekutif Yayasan Bambu Lestari,Monica Tanuhandaru, menuturkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan pemerintah daerah melalui program seperti Indonesia's FOLU Net Sink 2030 bisa mendapatkan banyak manfaatnya dengan pengembangan agroforestri bambu.

Pada tahun 2021, ia mengisahkan, Badai Seroja yang menyapu wilayah Nusa Tenggara Timur membuat banyak rumah rusak dan hancur. Namun, desa-desa yang dikelilingi hutan bambu relatif aman dari bencana alam tersebut.

Bahkan, rumah-rumah penduduk yang terbuat dari bambu, termasuk kayu, juga relatif aman dari guncangan gempa bumi yang terjadi di Cianjur, Jawa Barat, pada tahun 2022 lalu.

"Hal yang kami inginkan adalah setiap desa memiliki cadangan bambu untuk konsumsi mereka sendiri untuk value change dan supply chain," ujar Monica.

Yayasan Bambu Lestari saat ini mendorong 74.000 desa di Indonesia, terutama daerah yang sulit dijangkau, untuk menanam bambu melalui pola wanatani dengan pangan agar populasi bambu kian bertambah dan bisa membantu restorasi lahan kritis sebagai salah satu upaya memitigasi perubahan iklim.

Selain itu, Yayasan Bambu Lestari juga sedang menyiapkan sebuah peta tentang agroforestri bambu yang mendata tentang kekayaan bambu di Indonesia, terkhusus bambu endemik yang tidak ada di negara lain.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement