Kamis 09 Feb 2023 16:35 WIB

Elon Musk Berantas Akun Bot di Twitter, Kecuali Bayar Rp 1,5 Juta

Sekarang giliran akun bot Twitter terdampak kebijakan baru Elon Musk

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Twitter Blue
Foto: twitter
Twitter Blue

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bos Twitter Elon Musk belum selesai membawa perubahan pada Twitter. Setelah dia membebankan pengguna dengan biaya langganan Blue, sekarang giliran akun bot yang terdampak.

Pada Rabu, Twitter mulai menagih 100 dolar AS atau sekitar Rp 1,5 juta per bulan untuk tingkat dasar akses antarmuka pemograman aplikasi (API) Twitter. Ini digunakan pengembang dan peneliti untuk menganalisis tweet publik.

Menurut perusahaan, perubahan ini dijadwalkan pada 13 Februari. Twitter diperkirakan akan mengakhiri versi gratis API-nya pada 9 Februari.

Langkah tersebut menuai kritik luas. Misal, peneliti yang telah menggunakan API Twitter untuk mempelajari sentimen tentang Covid-19 dan kesehatan mental. Selain itu, pengembang telah membuat akun otomatis yang dikenal sebagai bot untuk secara teratur men-tweet lirik lagu, foto kucing, dan pembaruan cuaca.

Ada banyak akun bot di Twitter, seperti akun @PossumEveryHour yang sudah memiliki 579 ribu pengikut. “Tergantung bagaimana penanganannya, bot mungkin berhenti berfungsi untuk beberapa waktu,” kata @PossumEveryHour dalam tweet.

Dikutip CNET, Kamis (9/2/2023), penarikan biaya pada akun bot merupakan cara lain dari upaya keras Twitter untuk menghasilkan lebih banyak uang selain dari pemasukan iklan. Sebelumnya, Musk mengatakan bahwa Twitter akan membuat perubahan karena API gratis perusahaan disalahgunakan oleh penipu bot dan manipulator opini.

“Ini adalah babak baru bagi API Twitter untuk meningkatkan kualitas, mengurangi spam, dan mengaktifkan ekosistem yang berkembang,” kata Musk.

Koalisi Riset Teknologi Independen menerbitkan surat mendesak Twitter untuk membuat API dapat diakses oleh peneliti, jurnalis, dan lainnya yang melakukan penelitian kepentingan publik.

“Pembatasan ini akan mengganggu proyek penting ribuan jurnalis, akademisi, dan aktor masyarakat sipil di seluruh dunia yang mempelajari beberapa masalah terpenting yang berdampak pada masyarakat kita saat ini," kata surat itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement