REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Kerak bumi terdiri atas tujuh lempeng litosfer besar dan banyak lempeng kecil. Lempeng-lempeng ini bergerak menuju satu sama lain (batas konvergen), terpisah (batas divergen) atau melewati satu sama lain (batas transformasi).
Gempa bumi disebabkan oleh pelepasan tekanan secara tiba-tiba di sepanjang patahan di kerak bumi. Dilansir dari Seismo, Rabu (8/2/2023), gerakan lempeng tektonik yang terus-menerus menyebabkan penumpukan tekanan yang stabil di strata batuan di kedua sisi patahan sampai tekanan cukup besar, sehingga dilepaskan dalam gerakan tersentak-sentak yang tiba-tiba.
Gelombang energi seismik yang dihasilkan merambat melalui tanah dan di atas permukaannya, menyebabkan guncangan yang kita anggap sebagai gempa bumi.
Gempa bumi tidak bisa kita prediksi kapan akan terjadinya, apakah pada siang hari atau malam hari. Berikut ini adalah hal yang dilakukan ketika terjadi gempa pada malam hari, dilansir dari laman Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Ketika Anda merasa ada getaran gempa ketika sedang tidur atau tidak dalam kondisi tidur, jangan panik. Anda bisa mencari tempat aman untuk berlindung, contohnya Anda bisa berlindung di bawah meja dengan memegang kaki meja. Jangan lupa lindungi kepala Anda, bisa dengan tas, atau minimal dengan tangan.
Anda juga bisa pergi keluar rumah dan berdiri di tempat terbuka. Hindari berdiam di bawah gedung, atap rumah, dan lain-lain. Kemudian jauhi pohon, tiang listrik, atau bangunan yang bisa roboh seketika.
Jika getaran gempa bumi sudah selesai, lebih waspada terhadap gempa susulan. Di laman Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, disebutkan getaran yang terjadi pada gempa susulan terkadang lebih besar dari gempa pertama.