REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemenkominfo, Semuel Abrijani Pangerapan menyatakan skor Digital Safety di Indonesia memiliki nilai yang rendah dalam status Literasi Digital Indonesia 2022. Dari empat pilar indikator literasi digital, Digital Safety memiliki skor paling rendah.
“Yang menjadi harus diperhatikan terkait Safety, ini masih rendah nilainya 3,12, di mana banyak fenomena di masyarakat mudah tertipu, mudah diperdaya orang yang punya niatan jahat,” kata Semuel dalam Peluncuran Status Literasi Digital Indonesia 2022 di Jakarta Pusat.
Digital Safety atau keamanan digital adalah kemampuan pengguna dalam mengenali, memolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang, dan meningkatkan kesadaran pelindungan data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Nilainya dari 3,10 menjadi 3,12, atau naik 0,02 poin pada 2022 dari 2021.
Digital Safety merupakan salah satu pilar yang mengalami kenaikan paling sedikit. Pada pilar ini, sebagian besar dikontribusikan pada indikator terbiasa membuat password yang aman dengan kombinasi angka, huruf, dan tanda baca. Sedangkan indikator kemampuan membedakan e-mail berisi spam/virus/malware berkontribusi paling kecil.
Ketua Umum Siberkreasi, Donny BU mengatakan bahwa keamanan digital meliputi hal-hal teknis yang praktis. Untuk mendorong naiknya skor Digital Safety, Donny menyebut kata kunci utamanya adalah kolaborasi. Pun kolaborasi ini harus dilakukan secara inklusif. “Tidak mungkin hanya private sector, pemerintah saja, masyarakat juga harus berkolaborasi,” ujar Donny.
Selama ini, Donny menyatakan masyarakat belum terlalu peduli dengan keamanan data pribadi. Budaya membagikan data pribadi menjadi kebiasaan masyarakat, seperti, promo di mal, datang ke tempat tertentu, dan lain-lain. “Privacy itu soal mindset dan data pribadi itu soal digital security,” kata Donny.