Senin 30 Jan 2023 08:46 WIB

Jamur Seperti di The Last Of Us Dapat Timbulkan Ancaman Global?

Di The Last of Us, jamur cordyceps membuat manusia jadi zombie kanibal.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Di The Last of Us, aktris senior Christine Hakim berperan sebagai Prof Ratna ahli mikologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang jamur. Dia dimintai bantuannya untuk memeriksa jenazah seseorang yang terinfeksi jamur cordyceps.
Foto:

Drummond juga memperingatkan meningkatnya kasus ragi Candida. Dia mengatakan jamur Candida auris sangat memprihatinkan karena resisten terhadap hampir semua obat antijamur.

"Itu dapat menyebar dengan cepat di sekitar rumah sakit dan panti jompo, menyebabkan infeksi serius pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah," ujar Drummond.

Drummond menjelaskan infeksi ini mirip dengan sepsis, di mana jamur masuk ke dalam darah dan organ hingga mencegahnya bekerja dengan baik. Candida auris menonjol karena kemampuannya untuk tumbuh pada suhu yang lebih tinggi atau mampu bertahan hingga 42 derajat Celsius.

Salah satu karakter dalam The Last of Us menunjukkan bahwa perubahan iklim kemungkinan akan menghadirkan masalah baru bagi infeksi jamur. Drummond mengatakan kenaikan suhu bisa berarti bahwa jamur harus beradaptasi, yang pada gilirannya meningkatkan jumlah spesies yang dapat menyebabkan infeksi serius pada manusia.

Drummond mengatakan Candida auris tumbuh di tiga benua hampir bersamaan. Para peneliti berteori bahwa pemanasan iklim global mungkin berkontribusi terhadap kenaikannya.

"Apakah kenaikan suhu global lebih lanjut mengarah pada jamur super-bug yang lebih berbahaya masih harus dilihat," kata Drummond.

Pada tahun lalu, para ahli menemukan virus zombie yang telah terperangkap di bawah danau beku selama 50 ribu tahun. Ahli penyakit memperingatkan lebih banyak virus mematikan dapat dilepaskan saat permafrost mencair pada suhu yang lebih tinggi.

Sebuah tim ahli medis dari Aix-Marseille University menemukan "pandoravirus" kuno di permafrost yang mencair di Siberia, Rusia. Penyakit itu, ditemukan terperangkap di bawah dasar danau di Yakutia selama 48.500 tahun, diyakini sebagai virus "hidup" tertua yang ditemukan sejauh ini. Temuan itu menginfeksi organisme bersel tunggal dan diyakini tidak menimbulkan ancaman bagi manusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement