Ahad 29 Jan 2023 00:01 WIB

Komet Hijau Akan Muncul setelah 50 Ribu Tahun

Komet hijau ini terakhir mendekati ke bumi pada zaman Neanderthal.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Erdy Nasrul
Misteri komet terbesar yang pernah ditemukan.
Foto: republika
Misteri komet terbesar yang pernah ditemukan.

REPUBLIKA.CO.ID, CAPE CANAVERAL -- Sebuah komet melesat ke arah Bumi setelah 50 ribu tahun. Benda angkasa itu ditemukan kurang dari setahun yang lalu, komet hijau yang tidak berbahaya ini sudah terlihat di langit malam utara dengan teropong dan teleskop kecil.

Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyatakan, meteor ini terakhir berkunjung pada zaman Neanderthal. Kini dia akan datang dalam jarak 42 juta kilometer dari Bumi pada Rabu (1/2/2023), sebelum melaju lagi dan tidak mungkin kembali selama jutaan tahun.

Komet akan meluncur antara orbit Bumi dan Mars dengan kecepatan relatif 128.500 mph. Intinya diperkirakan sekitar 1,6 kilometer, dengan ekornya memanjang jutaan kilometer.

Komet tersebut diperkirakan tidak akan seterang Neowise pada 2020 atau Hale-Bopp dan Hyakutake pada pertengahan hingga akhir 1990-an. Namun komet itu akan cerah karena jaraknya yang dekat dengan Bumi.

"Memungkinkan para ilmuwan untuk melakukan lebih banyak eksperimen dan publik dapat melihat komet yang indah," kata astronom University of Hawaii Karen Meech.

Jika sebelumnya manusia harus menggunakan alat bantu untuk melihat komet itu, mungkin pada jarak terdekatnya dengan Bumi, dengan mata telanjang sudah bisa nampak di bagian sudut tergelap Northern Hemisphere. Pengamat langit di Belahan Northern Hemisphere harus menunggu sampai bulan depan untuk melihat sekilas.

Komet tersebut diperkirakan akan cerah saat semakin dekat dan naik lebih tinggi di atas cakrawala hingga akhir Januari, paling baik dilihat pada dini hari. Pada 10 Februari, itu akan berada di dekat Mars.

Sementara banyak komet telah menghiasi langit selama setahun terakhir, komet ini mungkin tampak sedikit lebih besar. "Karena itu sedikit lebih terang dan datang sedikit lebih dekat ke orbit Bumi," kata ahli pelacak komet dan asteroid NASA Paul Choda.

Komet berwarna hijau ini karena semua karbon di awan gas yang mengelilingi nukleus. Benda ini ditemukan pada Maret lalu oleh para astronom menggunakan Zwicky Transient Facility atau kamera lapangan lebar di Caltech's Palomar Observatory. Fakta tersebut menjelaskan nama resminya yang rumit: comet C/2022 E3 (ZTF).

Para ilmuwan yakin dengan perhitungan orbit menempatkan ayunan terakhir komet melalui lingkungan planet tata surya pada 50 ribu tahun yang lalu. Namun, menurut Chodas, mereka tidak tahu seberapa dekat itu datang ke Bumi atau apakah itu bahkan terlihat oleh Neanderthal.

Tapi, ketika komet ini kembali, lebih sulit untuk menilai. Setiap kali komet mengitari matahari dan planet-planet, tarikan gravitasinya sedikit mengubah jalurnya. Kondisi ini menyebabkan perubahan arah yang besar seiring waktu. Kondisi lainnya adalah semburan debu dan gas mengalir dari komet saat memanas di dekat matahari.

"Kami tidak benar-benar tahu persis seberapa banyak mereka mendorong komet ini," kata direktur Pusat Studi Objek Dekat Bumi di Jet Propulsion Laboratory NASA di California itu.

Komet itu berasal dari  Awan Oort jauh di luar Pluto. Surga beku bagi komet ini diyakini membentang lebih dari seperempat jalan menuju bintang berikutnya.

Meskipun komet ZTF berasal dari tata surya, manusia tidak dapat memastikan benda itu akan tetap berada angkasa selamanya. Jika dikeluarkan dari tata surya, komet ini tidak akan pernah kembali.

Jangan khawatir juga jika melewatkannya. “Dalam bisnis komet, tunggu saja yang berikutnya karena ada lusinan. Dan yang berikutnya mungkin lebih besar, mungkin lebih terang, mungkin lebih dekat," kata Chodas. 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement