REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Biro Investigasi Federal (FBI) Christopher Wray mengungkapkan dia sangat prihatin dengan program kecerdasan buatan (AI) buatan pemerintah Cina. Wray menegaskan program itu tidak dibatasi oleh aturan hukum.
Selama sesi panel di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Wray mengatakan ambisi AI Cina dibangun di atas koleksi intelektual dan data sensitif yang telah mereka curi selama bertahun-tahun. Jika hal itu dibiarkan, Cina dapat menggunakan kemajuan AI untuk melanjutkan operasi peretasan, pencurian kekayaan intelektual, dan penindasan terhadap para pembangkang di dalam dan luar negeri.
“Itu adalah sesuatu yang sangat kami khawatirkan dan saya pikir semua orang harus sangat prihatin,” kata Wray seperti dilansir AP, Jumat (20/1/2023).
Nyatanya, kekhawatiran tersebut sudah lama disuarakan oleh para pejabat Amerika Serikat (AS). Misal, pada Oktober 2021, pejabat kontraintelijen AS mengeluarkan peringatan tentang ambisi AI Cina sebagai bagian dari upaya untuk memberi tahu eksekutif bisnis, akademisi, dan pejabat pemerintah lokal serta negara bagian tentang risiko menerima investasi atau keahlian Cina di industri utama.
Awal tahun itu, komisi AI yang dipimpin oleh mantan CEO Google Eric Schmidt mendesak AS untuk meningkatkan keterampilan AI-nya untuk melawan China, termasuk mengejar senjata yang diaktifkan AI.
Seorang juru bicara Kedutaan Besar China di Washington tidak menanggapi pada Kamis soal komentar Wray. China telah berulang kali menuduh AS menyebarkan rasa takut dan menyerang intelijen AS karena penilaiannya terhadap Cina.