REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — CEO Intel Pat Gelsinger mengatakan politik global akan didominasi oleh ketersediaan, perdagangan, dan investasi dalam microchip untuk beberapa dekade mendatang. Selama lima dekade terakhir, Gelsinger mengatakan lokasi cadangan minyak menentukan geopolitik. “Di mana rantai pasokan teknologi berada, dan di mana semikonduktor dibangun, lebih penting untuk lima dekade ke depan,” kata Gelsinger dilansir CNN, Kamis (19/1/2023).
Gelsinger mengatakan investasi perusahaan dalam fasilitas manufaktur baru di Amerika Serikat, Eropa, dan di tempat lain penting tidak hanya untuk masa depan perusahaan, tetapi juga untuk globalisasi sumber daya paling penting bagi masa depan dunia. “Kami membutuhkan rantai pasokan yang seimbang dan tangguh secara geografis ini,” ujar Gelsinger.
Pada tahun lalu, Intel (INTC) mengatakan akan menginvestasikan 20 miliar dolar AS (sekitar Rp 302 triliun) untuk membangun dua fasilitas pembuatan chip AS yang baru, serta hingga 90 miliar dolar AS (sekitar Rp 1,3 kuadriliun) di pabrik-pabrik baru di Eropa. Intel (INTC) bertujuan menegaskan kembali posisinya sebagai pemimpin industri semikonduktor. Pengumuman tersebut juga muncul di tengah kekhawatiran tentang konsentrasi manufaktur chip, di Asia, khususnya China dan Taiwan, selama pandemi Covid-19 dan ketika ketegangan geopolitik meningkat.
Masalah dalam rantai pasokan chip dalam beberapa tahun terakhir telah menyebabkan kekurangan dan keterlambatan pengiriman segala hal, mulai dari komputer desktop dan iPhone hingga mobil. “Jika kami telah belajar satu hal dari krisis Covid dan perjalanan bertahun-tahun yang telah kami lalui, kami membutuhkan ketahanan dalam rantai pasokan kami,” kata Gelsinger.
Menurut dia, investasi manufaktur Intel ditujukan untuk meratakan lapangan permainan itu sehingga keputusan investasi yang baik dapat dibuat. Gelsinger mengakui bahwa investasi perusahaan dalam strategi selama puluhan tahun datang selama masa ekonomi yang sulit.
“Kita perlu melakukan investasi jangka panjang, lingkungan ekonomi tiga perempat tidak dapat mendikte siklus investasi modal lima dan enam tahun. Menjadi CEO saat ini merupakan tantangan,” ujar Gelsinger.
Undang-undang AS yang disahkan tahun lalu untuk meningkatkan pembuatan chip dalam negeri akan membantu mengatasi masalah itu. Undang-undang The CHIPS and Science Act akan menginvestasikan lebih dari 200 miliar dolar AS (sekitar Rp 3 kuadriliun) untuk membantu perusahaan mengembangkan pembuatan dan penelitian chip domestik AS.
Kini, Intel dan pembuat chip lainnya hanya menunggu dana dari undang-undang tersebut turun, setelah Presiden AS Joe Biden mengarahkan komite pengarah, termasuk Menteri Perdagangan Gina Raimondo untuk menentukan bagaimana menerapkan undang-undang tersebut dan menggunakan dana tersebut. “Saya sedang berinvestasi, tolong tunjukkan uangnya. Karena kami berasumsi bahwa mereka akan membantu kami melakukan investasi besar-besaran ini,” kata Gelsinger.