REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Bulan adalah benda langit yang mengorbit Bumi. Bentuk Bulan yang terlihat dari Bumi akan berubah-ubah karena sumber cahaya Bulan yang terlihat dari Bumi adalah pantulan sinar Matahari.
Melansir siaran pers di situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), perubahan bentuk Bulan yang tampak dari Bumi ini disebut dengan fase-fase Bulan. Dari sejumlah fase Bulan, terdapat empat fase utama, yaitu fase bulan baru, fase setengah purnama awal (perempat pertama), fase purnama, dan fase setengah purnama akhir (perempat akhir).
Periode revolusi Bulan pada bidang orbitnya dihitung dari posisi fase bulan baru ke fase setengah purnama awal ke fase purnama ke fase setengah purnama akhir dan kembali ke fase bulan baru disebut sebagai periode sinodis, yang secara rata-rata ditempuh dalam waktu 29,53059 hari (29 hari 12 jam 44 menit 03 detik).
Peneliti Astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional-Badan Riset dan Inovasi Nasional (Lapan-BRIN) Prof. Thomas Djamaluddin mengungkapkan bulan baru dengan jarak terdekat ke Bumi atau super new moon akan terjadi pada 22 Januari dan 20 Februari 2023.
Dia juga menjelaskan bagaimana terjadinya super new moon. “Orbit Bulan berbentuk lonjong. Ada saat terdekat dengan Bumi dan dua pekan kemudian terjauh. Pada sisi lain, konfigurasi Bumi-Bulan-Matahari memungkinkan terhadap bulan baru (saat Bulan di antara Matahari dan Bumi) dan bulan purnama (saat Bumi di antara Matahari dan Bulan). Super new moon terjadi saat jarak bulan terdekat (hampir) bersamaan dengan bulan baru,” ujar Thomas, saat dihubungi Republika, Rabu (18/1/2023).
Thomas menyebutkan bulan baru tidak teramati karena gelap. Setelah itu, dia menuturkan, pada maghrib berikutnya terlihat hilal. “Jadi super new moon tidak akan teramati, hanya terlihat pada dampak saat pasang maksimum di pantai,” katanya.
Super new moon ini memiliki dampak, yakni pasang maksimum di pantai karena efek bulan baru akan diperkuat oleh posisi Bulan yang terdekat. “Maka perlu diwaspadai potensi banjir rob sekitar 21-22 Januari 2023,” ujarnya.
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, meminta masyarakat di wilayah pesisir mewaspadai naiknya ketinggian pasang air laut, yang bisa memicu banjir rob. Hal itu seiring dengan informasi dari BMKG terkait fenomena super new moon atau fase bulan baru, yang bersamaan dengan perigee (jarak terdekat bulan ke bumi) pada 21 Januari 2023.
Kepala Pelaksana Kabupaten Indramayu Dadang Oce Iskandar mengatakan, sudah menerima informasi tersebut. Dia mengaku sudah menyebarkannya informasi ke grup khusus camat yang wilayahnya berada di pesisir Indramayu. “Kami mengimbau masyarakat dan pemerintah desa agar waspada, terutama bila dalam tiga hari ke depan ada gelombang besar,” kata Oce, Selasa (17/1/2023).