Selasa 17 Jan 2023 07:35 WIB

Ini Pemicu Konten Berbahaya Makin Marak

Konten berbahaya seperti menghentikan truk hingga mandi lumpur sangat meresahkan.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Natalia Endah Hapsari
Perdebatan di sosial media seringkali terjadi karena adanya kesalahpahaman atau kurangnya informasi.
Foto: google
Perdebatan di sosial media seringkali terjadi karena adanya kesalahpahaman atau kurangnya informasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Baru-baru ini terjadi kecelakaan lalu lintas di Jalan Otista Gerendeng, Karawaci, Tangerang. Berdasarkan video yang beredar luas, beberapa remaja tampak nekat memasang badan di tengah jalan. Selang beberapa detik kendaraan truk yang melaju menghantam rombongan remaja tersebut, hingga akhirnya salah satunya tewas dalam insiden itu.

Selang beberapa hari kejadian serupa juga terjadi lagi di Jalan M. Toha dan kondisi anak tersebut meninggal dunia dengan luka berat. Kabarnya hal itu terjadi lantaran remaja tersebut sedang membuat konten media sosial dengan menghadang truk di jalan.

Baca Juga

Executive Director ICT Watch, Indriyatno Banyumurti menjelaskan kejadian tersebut terjadi karena bagian dari fear out missing out (FOMO), sebuah rasa ketakutan akan tertinggal, dalam hal ini ketinggalan tren yang ada di media sosial. Lingkungan si anak, baik di dunia nyata maupun maya, yang membuat dia merasa harus ikut tren itu.

"Bahaya? Itu dipikirkan di nomor sekian, karena yang penting bagi mereka adalah tidak tertinggal tren dan syukur-syukur bisa viral," ungkapnya kepada Republika.co.id, Senin (16/1/2023).

Selain konten menghadang truk, masih banyak konten berbahaya yang dilakukan para konten kreator di media sosial. Kenapa? Karena mereka sudah menjadi hamba views dan like. "Buat mereka kesuksesan itu diukur dari banyaknya views dan like," ujarnya.

Ia menambahkan apalagi sekarang ada fitur gift di TikTok Live yang memungkinkan orang mengirimkan koin kepada orang yang lagi Live dan dapat ditukar dengan sejumlah uang. Akhirnya muncul fenomena mandi lumpur, mandi tengah malam, yang tentunya bisa membahayakan kesehatan. "Jadi jika views dan likes menjadi kiblat maka orang akan melakukan apa pun agar bisa terkenal dan ujungnya bisa mendapatkan uang," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement