Jumat 13 Jan 2023 04:20 WIB

Ini Bukti Gratis 'Ongkir' Digemari Orang Indonesia

Gratis ongkos kirim alias ongkir hingga tren "live shopping" digemari pembeli.

Menjelang Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 12.12, perusahaan e-commerce ramai-ramai memberikan beragam fasilitas untuk menarik pembeli. Salah satunya adalah dengan menawarkan gratis ongkos kirim (ongkir). (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Menjelang Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 12.12, perusahaan e-commerce ramai-ramai memberikan beragam fasilitas untuk menarik pembeli. Salah satunya adalah dengan menawarkan gratis ongkos kirim (ongkir). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas 2022) telah usai digelar pada 12 Desember 2022 lalu di Indonesia. Pada helatan belanja daring terbesar secara nasional itu kembali Indonesia melampaui target trasaksi dengan nilai Rp 22,7 triliun dari target awal Rp 20 triliun.

Dalam survei yang dilakukan oleh NielsenIQ didapatkan banyak fakta menarik dari Harbolnas 2022 mulai dari masih primadonanya gratis ongkos kirim alias ongkir hingga tren "live shopping".

Baca Juga

"Salah satu alasan utama seseorang mengikuti Harbolnas 2022 ternyata masih dipengaruhi oleh gratis ongkir. Disusul diskon, voucer, baru cashback," kata Direktur NielsenIQ Rusdy Sumantri dalam diskusi daring.

Terkait masalah ongkos kirim, di Harbolnas 2022 masih banyak orang yang memiliki keinginan untuk membayar lebih hingga 1,4 kali untuk biaya antar produknya.

Angka tersebut terbilang lebih rendah dibanding 2021 dan diperkirakan terjadi karena adanya kenaikan harga bahan bakar yang juga berdampak pada biaya logistik.

Dari segi pembayaran, penggunaan dompet digital atau e-wallet sebagai medium transaksi masih menjadi jawara.

Sebanyak 65 persen responden mengaku melakukan pembayaran menggunakan e-wallet, disusul dengan metode bayar COD (Cash On Delivery), dan pembayaran Virtual Account.

Dengan capaian yang menunjukkan kinerja positif, kondisi e-commerce di Tanah Air menurut Rusdy masih sangat sehat dan bisa berkembang.

Terkait dengan prediksi ekonomi di 2023 yang disebut memasuki resesi global, ia mengajak para pelaku di industri e-commerce termasuk para UMKM tidak perlu panik dan justru bisa menciptakan peluang mengembangkan usahanya lewat berbagai inovasi.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement