REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR --- Institut Pertanian Bogor (IPB) University hingga saat ini memiliki 107 varietas padi dan tanaman-tanaman pengganti gandum sebagai solusi untuk peningkatan produksi pangan beras di tengah tantangan krisis akibat perubahan iklim dan situasi ekonomi tidak stabil efek perang Rusia dan Ukraina.
"Jadi, memang yang pertama, krisis pangan ini menjadi ancaman, karena apa, karena faktor perubahan iklim dan kedua adalah faktor geopolitik karena Rusia dan Ukraina sehingga terjadi kenaikan (harga) energi dan kenaikan harga pupuk," jelas Rektor IPB University Arif Satria.
Arif mengemukakan memang IPB sudah menganalisis bahwa itu akan memberikan dampak kepada ketersediaan pangan di dalam negeri, khususnya bahan pokok beras kalau Indonesia tidak segera melakukan langkah-langkah kongkret untuk meningkatkan produktivitas.
"Sehingga cara yang baik untuk meningkatkan produktifitas, satu adalah teknologi varietas-varietas unggul dan IPB sudah punya 107 varietas unggul tadi saya sampaikan, untuk lahan kering, lahan sawah kita sudah bisa," katanya.
Selain itu, Indonesia sudah menghasilkan produk-produk tepung lokal sebagai substitusi gandum yang impornya semakin lama semakin meningkat. Arif menyebut pada 2010 impor gandum dari luar negeri sekitar empat juta ton sekarang sudah hampir 10 sampai 11 juta ton. Artinya peningkatan dalam 10 tahun ini eksponensial.
"Nah, artinya apa, orang sudah beralih kepada produk impor. Sekarang tantangannya bagaimana pemerintah Indonesia ini harus memproteksi produk-produk lokal, agar produk lokal ini menjadi pilihan untuk substitusi gandum," kata dia.
Arif pun menyampaikan produk lokal yang bisa seperti gandum banyak, ada sagu, ganyong, sukun, sorgum dan banyak lainnya yang butuh sentuhan perguruan tinggi melalui peningkatan produktivitas.