Rabu 04 Jan 2023 12:42 WIB

Analis: Prospek Pasar Saham Syariah Cerah pada 2023

43 persen saham syariah secara akumulasi berada di sektor yang prospektif pada 2023.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (2/1/2023). Pasar saham syariah dinilai memiliki prospek yang cerah pada tahun 2023.
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (2/1/2023). Pasar saham syariah dinilai memiliki prospek yang cerah pada tahun 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar saham syariah dinilai memiliki prospek yang cerah pada tahun 2023. Peluang menarik tersebut salah satunya didukung potensi pertumbuhan kinerja sektor energi dan konsumen primer. 

"Prospeknya bagus karena 43 persen saham syariah secara akumulasi berada di sektor yang prospektif untuk tahun 2023 antara lain sektor energi dan konsumen primer," kata Analis riset Infovesta Kapital Advisory Arjun Ajwani kepada Republika, Rabu (4/1/2023).

Baca Juga

Dari keseluruhan saham syariah yang ada, Arjun memerinci, sekitar 26 persen diantaranya berasal dari sektor energi. Sedangkan porsi saham sektor konsumen primer mencapai sekitar 17 persen. 

Menurut Arjun, prospek untuk kedua sektor tersebut cukup bagus. Sebabnya, mayoritas emiten berkapitalisasi jumbon di dalam sektor tersebut mempunyai fundamental yang solid dan peluang bisnis yang bagus. 

Secara sentimen, lanjut Arjun, dinamika pasar saham syariah akan sangat dipengaruhi pergerakan harga komoditas energi karena mayoritas saham syariah merupakan saham energi. Dengan demikian, kenaikan harga komoditas energi akan mendorong kinerja pasar saham syariah. 

Selain itu fundamental yang kuat akan menjadi tenaga utama saham energi di tengah berbagai ketidakpastian risiko di tahun 2023 seperti konflik geopolitik dan resesi ekonomi. Meski demikian, resesi masih akan berdampak negatif terhadap kinerja pasar saham syariah. 

Melihat berbagai tekanan yang mungkin terjadi di tahun ini, Arjun menyarankan investor agar menghindari sektor properti, infrastruktur dan teknologi. Menurutnya, properti dan infrastruktur kurang kondusif dalam kondisi pasar yang mengalami kenaikan suku bunga karena biaya operasional untuk emiten dalam sektor tersebut meningkat.

"Selain itu emiten teknologi kebanyakan masih mengalami kerugian berdasarkan laporan keuangan mereka atau mengalami penurunan kinerja keuangan,"  kata Arjun. 

Ahli keuangan dan pasar modal syariah dari Universitas Indonesia, Tika Arundina, mengatakan kinerja ISSI jauh lebih baik melampaui IHSG karena fundamental perusahaan yang menjadi konstituen terjaga. Hal ini pula yang membuat prospek pasar saham syariah akan cemerlang ke depan. 

"Untuk saham syariah, konstituennya memiliki aturan screening seperti aturan likuiditas dan pendapatan non halal yang menyebabkan fundamental perusahaan terjaga, mungkin ini salah satu penyebab performancenya baik," kata Tika.

Melihat kinerja ISSI yang melampaui IHSG, Tika menjekaskan, analisis yang mungkin terjadi adalah konsituen-konstituen pada IHSG yang memiliki kapitalisasi pasar jumbo secara fundamental mengalami penurunan kinerja, terutama di sektor teknologi atau digital. Ini menyebabkan indeks secara relatif juga turun.

Tika melihat sektor keuangan akan tetap akan berkembang di 2023 karena sektor keuanhan menjadi penopang industri lainnya. Selain itu, manufaktur dan konstruksi juga berkembang karena peemrintah masih fokus melakukan pembangunan. Investor juga bisa mempertimbangkan sektor agribisnis karena performanya cukup baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement