Selasa 03 Jan 2023 21:04 WIB

Ini Dia Jenis Garam yang Dipakai untuk Cegah Cuaca Ekstrem

Garam ini berfungsi sebagai inkondensasi sehingga hujan terjadi lebih cepat.

Rep: Santi Sopia/ Red: Natalia Endah Hapsari
Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengantisipasi cuaca ekstrem (ilustrasi).
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengantisipasi cuaca ekstrem (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Untuk mencegah cuaca ekstrem, pemerintah dan sejumlah lembaga berupaya melakukan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), dengan menebar garam ke awan. Operasi itu diklaim berhasil mencegah cuaca ekstrem dan intensitas hujan lebat di wilayah yang ditargetkan.

Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Budi Harsoyo mengatakan modifikasi cuaca ini prinsipnya menginjeksikan bahan semai dalam bentuk garam alias natrium klorida (NaCL) ke dalam awan. Garam ini berfungsi sebagai inkondensasi sehingga proses fisika terjadinya hujan di dalam awan bisa dipercepat. 

Baca Juga

“Awan ini terbentuk atas butiran-butiran uap air. Dia akan menjadi hujan kalau di atmosfer bertemu dengan debu partikel yang melayang di atmosfer atau istilah meteorologinya disebut aerosol,” kata Budi saat dihubungi, Selasa (3/1/2023).

Aerosol berfungsi sebagai inkondensasi, yang secara natural berasal dari garam laut, polutan melayang di atmoser, asap bermotor, maupun asap pabrik. Proses terjadinya hujan yaitu saat butir awan bertemu aerosol yang berupa benda padat.

Butir awan lantas menempel ke butir air, saling bertumbuk, bergabung satu sama lain. Ketika berat jenisnya sudah lebih besar dari gravitasi, maka jatuh menjadi tetes hujan. 

Jika tidak disemai, hujan bisa terjadi beberapa jam kemudian. Sebaliknya, apabila dilakukan modifikasi caca, hujan bisa dipercepat. “Dalam strategi mengantisipasi banjir ini kami selalu memantau data radar BMKG, kami pantengin setiap hari, per menit, begitu terlihat gerakan awan memasuki daerah yang kita perhatikan, maka kita hadang,” lanjut Budi.

Hujan tersebut bisa dialihkan ke wilayah daratan lain yang tidak berpotensi menimbulkan bencana seperti di pemukiman padat. Atau BRIN menjadikan intensitasnya berkurang di daerah yang diperhatikan. Selain itu juga bisa dialihkan ke waduk atau penampungan yang dinilai membutuhkan curah hujan. 

Diketahui bahwa selama ini teknologi modifikasi cuaca sudah banyak dilakukan dengan menggunakan pesawat terbang. Pesawat mengantarkan bahan bibit berupa garam atau NaCl ke awan melalui jalur udara. 

Pesawat akan membawa ratusan kilogram bibit garam dalam satu kali penerbangan. Kemudian pesawat akan menyebarkan bahan bibit secara manual sesuai koordinat yang telah ditentukan. Namun belakangan, para peneliti juga disebut telah mengembangkan cara pengiriman material bibit ke awan dari dalam tanah, yaitu dengan menggunakan wahana Ground-Based Generator (GBG) dan wahana Flare Tree untuk metode statis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement