Rabu 30 Nov 2022 09:51 WIB

Elon Musk Beri Sinyal Perang Twitter Vs Apple

Elon Musk mengkritik soal kontrol ketat Apple di App Store.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Akun Twitter Elon Musk dengan tanda centang biru.
Foto: REUTERS/Dado Ruvic
Akun Twitter Elon Musk dengan tanda centang biru.

REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANSISCO -- Pemilik Twitter Elon Musk pada Senin (28/11/2022) mengkritik Apple atas kontrol ketatnya di App Store. Apple pun mengancam akan menggulingkan platform Twitter.

Musk juga bergabung dengan orang-orang yang memprotes atas komisi 30 persen yang diambil Apple untuk transaksi melalui App Store. Saat ini, App Store adalah satu-atunya gerbang untuk konten digital untuk masuk ke perangkat Apple.

Baca Juga

Dilansir dari Japan Today, Selasa (29/11/2022), serangkaian tweet yang dikeluarkan oleh Musk termasuk meme mobil dengan nama depannya di atasnya membelok ke jalan raya berlabel “Go To War”, alih-alih melanjutkan ke “Pay 30%”.

Musk juga membagikan video yang dirilis tahun lalu oleh pembuat Fortnite Epic Games yang berkonflik dengan Apple soal pembayaran di game. Epic Games dan Apple berselisih di pengadilan. Epic menuduh Apple menjalankan monopoli di tokonya untuk barang atau layanan digital.

Seorang hakim federal tahun lalu memerintahkan Apple untuk melonggarkan kendali atas opsi pembayaran App Store-nya. Namun, hakim tersebut mengatakan Epic gagal membuktikan bahwa pelanggaran antimonopoli telah terjadi.

Moderasi konten

Agar diizinkan di toko aplikasi Apple dan Google, layanan jejaring sosial harus memiliki sistem yang efektif untuk memoderasi konten berbahaya atau kasar. Namun, sejak mengambil alih Twitter bulan lalu, Musk telah memangkas sekitar setengah dari tenaga kerja Twitter. Mereka yang dipecat termasuk karyawan yang ditugaskan untuk memerangi disinformasi.

Musk juga telah memulihkan akun yang sebelumnya diblokir, termasuk akun mantan Presiden Donald Trump.

Yoei Ruth, mantan kepala kepercayaan dan keamanan di Twitter yang resign setelah Musk mengambil alih, menulis di New York Times bahwa tidak mematuhi pedoman Apple dan Google akan menjadi bencana besar. Selain itu, tidak patuh terhadap pedoman Apple menimbulkan risiko didepak dari toko aplikasi mereka.

Menggambarkan Twitter sebagai platform dengan kebebasan berbicara, Musk percaya bahwa Twitter harus mengizinkan posting apa pun yang diizinkan oleh hukum. Tindakan Musk menggambarkan langkahnya sebagai revolusi melawan sensor online di Amerika.

Meskipun Musk mengklaim Twitter mencatat pendaftaran akun baru dalam rekor tertinggi setelah diakuisisi, hal ini tidak sebanding dengan penghasilan Twitter.

Dalam beberapa pekan terakhir, setengah dari 100 pengiklan teratas Twitter telah mengumumkan bahwa mereka menangguhkan atau bahkan berhenti beriklan di Twitter. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement