Rabu 16 Nov 2022 12:16 WIB

COP27: Mencegah Kelaparan Dunia Akibat Perubahan Iklim

Perubahan iklim membuat gagal panen yang berdampak pada krisis pangan.

Seorang anak ikut dalam aksi di Brisbane, Australia,  menyelamatkan bumi dari perubahan iklim global (Ilustrasi)
Foto:

 

Bagaimana dengan Indonesia?

Wakil Direktur Jenderal FAO Maria Helena Semedo mengatakan diperlukan tindakan transformatif yang berani untuk mendorong transformasi sistem pertanian, membantu negara-negara, dan memastikan bahwa sumber daya yang ada menjangkau pemasok makanan di seluruh rantainya.

Sementara itu, Sekretaris Eksekutif UNFCCC Simon Stiell menambahkan perlunya perombakan menyeluruh terhadap sistem pangan kita yang merupakan cara lain untuk mengaitkan hubungan kita dengan alam.

Indonesia, menurut pengamat ekonomi Telisa Falianti, ketahannan pangannya masih cukup relatif baik. Namun, tetap harus waspada.

"Ranking ketahanan pangan Indonesia jika dibanding negara lain memang di tingkat menengah, di indikator ketahanan pangan, indeks kita lemah di sisi diversifikasi pangan. Sejauh ini ketahanan pangan masih hanya pada salah satu komoditas seperti beras."

Ia menambahkan pemerintah melalui peraturan menteri keuangan telah menetapkan anggaran daerah bisa banyak digunakan untuk mengendalikan ketahanan pangan dan inflasi di daerah.

Di lain pihak, organisasi lingkungan Greenpeace mengingatkan pemerintah Indonesia dalam mengantisipasi kerawanan pangan agar tidak melakuak deforestasi.

Greenpeace menyatakan perampasan lahan yang luas untuk program perkebunan pangan baru, mengancam wilayah adat dan keanekaragaman hayati penting di Indonesia, termasuk hingga 3,2 juta hektar lahan di Papua. Demikian laporan terkini Greenpeace. Laporan tersebut menyebut eksploitasi hutan dan lahan gambut untuk kebutuhan pangan dikhawatirkan bisa memperburuk krisis iklim dan keanekaragaman hayati.

Sementara soal diversifikasi pangan Syahrul Fitra, juru kampanye hutan senior Greenpeace Indonesia, mengatakan perkebunan singkong di Gunung Mas, Kalimantan Tengah hanyalah salah satu dari sekian banyak kawasan yang dikonversi menjadi pertanian skala besar oleh pemerintah melalui program food estate.

"Pendekatan ini tidak hanya gagal menghasilkan singkong yang dijanjikan, tetapi juga tidak akan pernah menghasilkan pola makan yang beragam, bergizi, dan sesuai budaya. Ada cara yang lebih baik, dengan pertanian ekologis dan wanatani tradisional kita dapat memberi makan dunia dan mendinginkan planet ini.”

Inisiatif FAST akan berfokus pada tiga prioritas tindakan. Pertama, akses ke keuangan yakni dengan meningkatkan kapasitas negara untuk mengidentifikasi dan meningkatkan akses ke pendanaan dan investasi iklim.

Kedua, penyebaran pengetahuan dan kapasitas, yaitu memberikan analisis yang diperlukan di bidang pertanian dan mendukung pengembangan kapasitas. Ketiga, dukungan dan dialog atas kebijakan, yakni dengan memastikan sistem pangan pertanian sepenuhnya tertanam dalam kebijakan perubahan iklim, seperti komitmen kontribusi nasional (NDC), rencana adaptasi nasional (RAN), dan strategi rendah emisi dan pembangunan jangka panjang (LT-LEDS).

 

sumber: https://www.dw.com/id/cop27-mencegah-kelaparan-dunia-akibat-perubahan-iklim/a-63757593

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement