Kamis 10 Nov 2022 16:51 WIB

Dilengkapi Sensor, Tongkat Ini Bantu Difabel Netra Beraktivitas Lebih Mudah

Tongkat Kartini dilengkapo GPS dan sensor.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR --  Penyandang disabilitas binaan Kementerian Sosial Republik Indonesia membuat tongkat canggih untuk membantu difabel netra dalam "melihat" situasi di sekitarnya. Inovasi itu bernama tongkat penuntun difabel netra Kartini. 

Tongkat penuntun adaptif Kartini ini dilengkapi teknologi sensorik. Tongkat itu dapat memberikan peringatan ketika mendeteksi benda, air, api, hingga gas beracun.

Baca Juga

Secara bentuk, tongkat dengan panjang sekitar 120 centimeter ini hampir serupa dengan tongkat penuntun difabel netra pada umumnya. Bahan utamanya pun terbuat dari aluminium dan bisa dilipat menjadi empat bagian untuk memudahkan saat penyimpanan.

Sensor pertama pada tongkat penuntun adaptif Kartini, mampu mendeteksi benda. Melalui sensor tersebut, penyandang sensorik netra dapat mengetahui keberadaan suatu benda di hadapannya melalui peringatan berupa suara hingga getaran.

Tongkat tersebut dilengkapi berbagai mode peringatan, mulai dari getaran, suara monofonik, kombinasi antara getaran dan suara. Ada juga suara berupa kalimat pemberitahuan layaknya Google Assistant.

Khusus mode getar, bisa memudahkan difabel netra saat berada di pusat-pusat keramaian, seperti pasar dan tempat perbelanjaan lainnya.

Penggunanya juga bisa mengatur sejauh mana alat tersebut mendeteksi benda di depannya seperti tiang listrik, tembok, ataupun kendaraan yang sedang parkir.

Alat ini memiliki kemampuan deteksi benda hingga jarak tiga meter. Dengan begitu, bisa memberi kesempatan kepada penggunanya untuk berganti arah saat berjalan.

Sensor lainnya berfungsi mendeteksi kobaran api, asap, hingga gas beracun seperti kebocoran tabung elpiji di sekeliling penggunanya. Tongkat tersebut akan memberikan peringatan melalui suara atau getaran berbeda sesuai dengan masing-masing yang dideteksi.

Namun, khusus pengaktifan mode deteksi gas beracun, dapat membuat penggunaan baterai pada alat tersebut 40 persen lebih boros dari pemakaian normal.

Selanjutnya, tongkat ini mampu mendeteksi genangan air atau jalanan yang licin. Komponen pendeteksi air ini dipasang pada ujung bawah tongkat penuntun adaptif. Sehingga, bisa mereduksi jumlah kecelakaan ataupun cedera yang dialami oleh difabel netra.

Tongkat ini juga dilengkapi dengan lampu Light Emitting Diode (LED) strip pada bagian bawah hingga tengah, sebagai identitas pada malam hari, memudahkan difabel netra pengguna tongkat teridentifikasi oleh pengguna jalan lainnya.

Teknologi canggih lainnya yang disematkan pada tongkat ini yaitu komponen sistem pemosisi global atau Global Positioning System (GPS). Fitur ini, memungkinkan pihak keluarga untuk mendeteksi melalui aplikasi berbasis android keberadaan difabel netra pengguna tongkat saat tersesat.

Alat ini dilengkapi tombol darurat atau panic button yang dapat digunakan difabel netra ketika dalam kondisi darurat atau bencana. Ketika tombol tersebut ditekan, tongkat akan mengeluarkan suara yang nyaring layaknya sirine untuk memberi peringatan kepada orang di sekitarnya.

Tongkat ini beroperasi menggunakan tenaga baterai yang dikombinasikan dengan alat panel surya, sehingga penggunaan baterainya dapat lebih hemat. Pada kondisi pemakaian normal, tenaga tongkat ini bisa bertahan selama empat hingga lima hari. Sementara baterainya dapat diisi ulang menggunakan alat pengisian baterai telepon genggam.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement