Jumat 04 Nov 2022 14:15 WIB

Starlink, Layanan Internet Milik Elon Musk yang Penuh Kontroversi

SpaceX mulai meluncurkan satelit Starlink pada tahun 2019 silam.

Roket SpaceX Falcon 9 lepas landas dari Pad 39A di Kennedy Space Center, di Port Canaveral, Florida, Selasa malam, 9 Agustus 2022. Roket itu membawa 52 satelit Starlink.
Foto:

Apa keunggulan Starlink?

Starlink bukanlah layanan pertama yang menawarkan akses internet satelit. Namun, Starlink memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan para pesaingnya.

Satelit Starlink mengorbit Bumi pada ketinggian 328 hingga 614 kilometer, jauh lebih rendah daripada pesaingnya HughesNet, yang mengorbit Bumi pada ketinggian 35.000 kilometer.

Karena mengorbit Bumi di ketinggian yang relatif rendah, memungkinkan Starlink mengalirkan data sekitar 10 kali lebih cepat dibanding HughesNet, salah satu pesaing utama Starlink.

Sejauh ini, Starlink hanya tersedia di 40 negara, meliputi sebagian Amerika Serikat, Kanada, Eropa tengah dan selatan, sebagian Amerika Latin, serta Australia selatan. Dengan kata lain, masih banyak wilayah yang belum memiliki jangkauan internet yang baik, seperti yang dimaksudkan oleh Starlink di awal.

Hal ini mungkin saja disebabkan sebagian oleh faktor harga internet satelit Starlink yang masih relatif sangat mahal. Untuk perangkat penerima saja membutuhkan biaya sekitar $600 (setara Rp 9,2 juta), sementara biaya penggunaan per bulannya mencapai $110 (setara Rp 1,7 juta).

Internet satelit hampir tidak begitu dibutuhkan di daerah dengan jangkauan jaringan yang sudah cukup baik atau memuaskan. Kecuali jika seseorang sering bepergian menggunakan perahu atau kendaraan motorhome sejenis mobil van kemah, yang menginginkan koneksi internet cepat dan kuat secara permanen, di daerah yang cukup terpencil.

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement