Rabu 26 Oct 2022 01:05 WIB

Karyawan Twitter Edarkan Surat Terbuka, Bentuk Protes Ancaman PHK

Elon Musk berencana menghentikan 75 persen karyawan Twitter.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Friska Yolandha
Aplikasi Twitter.
Foto: AP Photo/Gregory Bull
Aplikasi Twitter.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Karyawan Twitter mengedarkan surat terbuka untuk memprotes rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang diusulkan oleh miliader Elon Musk. Dalam surat tersebut, karyawan berupaya melindungi diri dari potensi PHK.

Miliader dan pemilik Tesla dan SpaceX itu mengatakan pekan lalu bahwa dia dapat berusaha memberhentikan sebanyak 75 persen karyawan Twitter setelah dia menyelesaikan proses akuisisinya. Dari sekitar 7.500 karyawan, 75 persen akan berdampak pada lebih dari 5.000 karyawan.

Baca Juga

Jumlah 75 persen merupakan jumlah PHK terbesar. Di sisi lain, Musk memiliki waktu hingga akhir pekan untuk membeli Twitter. Musk memiliki waktu hingga Jumat, 28 Oktober untuk menutup kesepakatan dengan perusahaan tersebut agar menghindari kasus dibawa ke Pengadilan Negeri Delaware.

Dilansir BGR, Selasa (25/10/2022), Twitter telah menahan Musk dengan tawaran awalnya sebesar 54,20 dolar AS per saham, akuisisi 44 dolar AS miliar. Musk telah mengatakan secara terbuka bahwa dia membayar lebih untuk perusahaan sehingga PHK dapat terjadi.

Sementara itu, karyawan Twitter menuntut manajemen Twitter dan Elon Musk untuk menghentikan ancaman PHK. Lewat surat terbuka, mereka menyatakan rencana PHK merupakan ancaman bagi masa depan Twitter.

Berikut isi seluruh surat di bawah ini:

Staf, Elon Musk, dan Dewan Direksi:

Kami, pekerja Twitter yang bertanda tangan di bawah ini, percaya bahwa percakapan publik berisiko.

Rencana Elon Musk untuk memberhentikan 75 persen pekerja Twitter akan merusak kemampuan Twitter untuk melayani percakapan publik. Ancaman besar ini sangat gegabah, merusak kepercayaan pengguna dan pelanggan kami dan merupakan tindakan intimidasi pekerja yang transparan.

Twitter memiliki efek signifikan pada masyarakat dan komunitas di seluruh dunia. Saat kita berbicara, Twitter membantu mengangkat jurnalisme independen di Ukraina dan Iran serta memperkuat gerakan sosial di seluruh dunia.

Ancaman bagi pekerja di Twitter adalah ancaman bagi masa depan Twitter. Ancaman ini berdampak pada kami sebagai pekerja. Ini mengancam mata pencaharian kami, akses ke perawatan kesehatan penting, dan kemampuan pemegang visa untuk tinggal di negara tempat mereka bekerja. Kami tidak dapat melakukan pekerjaan kami di lingkungan yang terus-menerus dilecehkan dan diancam. Tanpa pekerjaan kita, tidak ada Twitter.

Kami, para pekerja di Twitter, tidak akan terintimidasi. Kami berkomitmen untuk mendukung komunitas, organisasi, dan bisnis yang mengandalkan Twitter. Kami tidak akan berhenti melayani percakapan publik.

Kami meminta manajemen Twitter dan Elon Musk untuk menghentikan ancaman PHK. Sebagai pekerja, kami layak mendapatkan komitmen nyata sehingga kami dapat terus menjaga integritas platform kami.

Kami menuntut kepemimpinan saat ini dan masa depan:

Dengan rasa hormat, kami menuntut kepemimpinan untuk menghormati platform dan pekerja yang memeliharanya dengan berkomitmen untuk mempertahankan jumlah karyawan saat ini.

Kami menuntut agar kepemimpinan tidak mendiskriminasi pekerja berdasarkan ras, jenis kelamin, kecacatan, orientasi seksual, atau keyakinan politik mereka. Kami juga menuntut keselamatan bagi pekerja dengan visa yang akan dipaksa meninggalkan negara tempat mereka bekerja jika mereka diberhentikan.

Kami menuntut Elon Musk secara eksplisit berkomitmen untuk mempertahankan manfaat kami, baik yang tercantum dalam perjanjian merger dan tidak (misalnya, pekerjaan jarak jauh). Kami menuntut kepemimpinan untuk menetapkan dan memastikan kebijakan pesangon yang adil bagi semua pekerja sebelum dan sesudah perubahan kepemilikan.

Kami menuntut komunikasi yang transparan, cepat dan bijaksana seputar kondisi kerja kami. Kami menuntut untuk diperlakukan dengan bermartabat.

Salam takzim,

Pekerja Twitter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement