REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manusia dan anjing dapat membentuk ikatan yang luar biasa. Beberapa orang bahkan percaya bahwa teman anjing dapat memahami emosi mereka.
Sekarang, sebuah studi baru menunjukkan bahwa hal itu bisa jadi benar. Para ilmuwan di Queen's University Belfast di Irlandia melakukan percobaan dengan empat anjing dan 36 manusia. Mereka menemukan bahwa anjing mampu membedakan antara bau dasar orang dari bau stres mereka.
Untuk bagian pertama dari penelitian ini, para ilmuwan mengumpulkan dua sampel keringat dan napas dari sukarelawan manusia. Satu mencerminkan keadaan normal mereka dan yang lain menunjukkan mereka dalam periode stres. Para kandidat diminta untuk memecahkan masalah matematika yang sulit.
Setelah itu, konduktor percobaan meminta anjing mengendus sampel stres dari koleksi, menemukan bahwa mereka mampu mendeteksi sampel yang benar dengan tingkat akurasi 93,5 persen.
“Pesan yang dibawa pulang dari penelitian ini adalah bahwa respons stres psikologis tubuh kita mengubah bau napas dan keringat kita dan anjing dapat mendeteksi perubahan ini,” kata Clara Wilson PhD, mahasiswa di School of Psychology di Queen's University.
Bukti dari penelitian ini memiliki implikasi potensial untuk bagaimana cara melatih anjing penolong. Mengetahui bahwa ada komponen bau yang dapat dideteksi untuk stres, dapat meningkatkan diskusi tentang nilai pelatihan berbasis penciuman. Misalnya, mengambil sampel dari seseorang saat santai dan mengalami stres. Lalu secara positif mendorong anjing untuk hadir atau melakukan perilaku mencari perhatian sebagai respons terhadap bau ini. Temuan tersebut dimuat di jurnal PLOS ONE.
Melatih anjing untuk mengendus stres
Dilansir dari laman Medical News Today, Sabtu (1/10/2022), peneliti merekrut anjing peliharaan dari daerah Belfast untuk penelitian. Peneliti memilih 20 anjing untuk dipertimbangkan. Setelah beberapa anjing dikeluarkan dari penelitian karena beberapa alasan, termasuk kehilangan minat saat pelatihan berlangsung, empat anjing menyelesaikan proses pelatihan.
Empat anjing yang dipilih termasuk seekor jantan cocker spaniel, cockapoo betina, dan dua anjing ras campuran, satu jantan dan satu betina. Anjing-anjing itu berusia antara 11 hingga 36 bulan.
Peneliti melatih anjing menggunakan pengkondisian operan (di mana anjing mengulangi perilaku yang memiliki konsekuensi yang diinginkan) dan penguatan positif.
Penelitian dimulai pada Desember 2019. Menurut Wilson, pelatihan anjing harus dihentikan selama sekitar satu tahun selama pandemi. Dia mengatakan bahwa secara total, anjing-anjing itu dilatih selama satu jam setiap pekan selama sekitar 10 bulan.
“Pelatihannya sangat ekstensif, karena premisnya adalah bahwa anjing harus secara konsisten dapat membedakan antara dua bau manusia yang sangat mirip dengan perbedaan yang diketahui di atas 80 persen benar untuk beberapa sesi,” kata Wilson kepada MNT.