Dalam beberapa tahun terakhir, ratusan sarbecovirus telah ditemukan, terutama pada kelelawar di Asia. Dalam kebanyakan kasus, virus tersebut tidak dapat menginfeksi manusia dan pada awalnya virus Khosta-1 dan Khosta-2 bukanlah ancaman.
"Secara genetik, virus Rusia yang aneh ini tampak seperti beberapa virus lain yang telah ditemukan di tempat berbeda di seluruh dunia, tetapi karena tidak terlihat seperti SARS-CoV-2, tidak ada yang mengira virus tersebut benar-benar sesuatu yang perlu dikhawatirkan," ujarnya.
Hanya saja, ketika melihat virus itu lebih jauh, peneliti benar-benar terkejut menemukan mereka dapat menginfeksi sel manusia. Itu sedikit mengubah pemahaman peneliti tentang virus ini, dari mana asalnya dan daerah mana yang menjadi perhatian.
Menulis di jurnal PLoS Pathogens, petugas medis mengatakan Khosta-2 menunjukkan sifat yang mengganggu, sementara Khosta-1 tidak mendatangkan kekhawatiran. Ini karena--seperti SARS-CoV-2, ia juga menggunakan protein lonjakan (spike protein) untuk menginfeksi sel manusia.
Infeksi terjadi ketika virus menempel pada protein reseptor yang disebut
angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2). Ketika melakukan tes lebih lanjut untuk melihat efek perlindungan dari vaksin Covid-19 maupun infeksi SARS-CoV-2 terdahulu, tim menemukan antibodi yang ada tidak efektif untuk melawan Khosta-2.
Peneliti kemudian mengujinya pada orang yang pernah terinfeksi omicron, namun lagi-lagi antibodi yang telah terbentuk tak mempan melawan Khosta-2. Kabar baiknya, menurut penulis, virus baru ini tidak memiliki beberapa fitur genetik yang dianggap "antagonis" terhadap sistem kekebalan dan berkontribusi pada penyakit pada manusia.
"Di sisi lain, ada risiko bahwa Khosta-2 dapat menimbulkan malapetaka andaikan bergabung dengan virus lain, seperti SARS-CoV-2," kata Dr Letko.