REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah virus baru yang mirip dengan virus penyebab Covid-19 (SARS-CoV-2) telah ditemukan pada kelelawar tapal kuda yang hidup di Rusia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran virus bernama Khosta-2 itu dapat menginfeksi manusia.
Para ilmuwan di Amerika Serikat telah memperingatkan bahwa Khosta-2 yang berasal dari kelompok sabercovirus itu dapat menginfeksi manusia dan mungkin kebal terhadap vaksin yang ada saat ini. Sarbecovirus, yang masih anggota keluarga virus corona, tersebar luas di Asia dan Eropa timur.
Penulis utama studi, Dr Michael Letko, dari Washington State University di AS, mengatakan penelitian lebih lanjut menunjukkan sarbecovirus beredar di satwa liar di luar Asia, bahkan di tempat-tempat seperti Rusia barat di mana virus Khosta-2 ditemukan. Menurut Dr Letko, sarbecovirus juga menimbulkan ancaman terhadap kesehatan global dan kampanye vaksin yang sedang berlangsung terhadap SARS-CoV-2.
Asal usul pasti dari sarbecovirus tidak jelas dan saat ini sedang diselidiki oleh tim di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Khosta-2 pertama kali ditemukan pada kelelawar tapal kuda (horseshoe bat) dua tahun lalu dan petugas medis menemukan bahwa virus ini, seperti SARS-CoV-2, dapat menginfeksi sel manusia jika ditularkan dari hewan ke manusia.
Para peneliti mengatakan temuan mereka menyoroti pentingnya mengembangkan vaksin yang mencakup spektrum virus yang luas, bukan hanya satu garis keturunan, seperti Covid-19. Dr Letko mengatakan, saat ini masih ada kelompok yang mencoba merancang vaksin yang akan melindungi manusia dari varian SARS-CoV-2 berikutnya.
"Sayangnya, banyak dari vaksin kita saat ini dirancang untuk virus tertentu yang kita tahu menginfeksi sel manusia atau yang tampaknya menimbulkan risiko terbesar untuk menginfeksi kita," ujar Dr Letko, seperti dilansir dari laman The Sun, Jumat (23/9/2022).
Meski begitu, menurut Dr Letko, itu adalah daftar yang selalu berubah. Dr Letko yang merupakan ahli virologi menyebut, peneliti perlu memperluas desain vaksin ini untuk melindungi dari semua sarbecovirus.