Jumat 16 Sep 2022 09:53 WIB

YouTube, Meta, dan Microsoft Perluas Kebijakan Perangi Ekstremisme Daring

YouTube mengatakan akan memperluas kebijakannya untuk memerangi ekstremisme kekerasan

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Gita Amanda
Perusahaan teknologi besar mengatakan, pada Kamis (15/9/2022), akan mengambil langkah baru untuk memerangi ekstremisme daring. (ilustrasi).
Foto: AP
Perusahaan teknologi besar mengatakan, pada Kamis (15/9/2022), akan mengambil langkah baru untuk memerangi ekstremisme daring. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan teknologi besar mengatakan, pada Kamis (15/9/2022), akan mengambil langkah baru untuk memerangi ekstremisme daring. Langkah tersebut dilakukan dengan menghapus lebih banyak konten kekerasan dan mempromosikan literasi media kepada anak muda.

Platform seperti Alphabet YouTube dan Meta Facebook telah mendapat kecaman selama bertahun-tahun dari para kritikus karena perusahaan telah membiarkan ujaran kebencian dan kekerasan berkembang di layanan mereka. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sebelumnya meminta warga Amerika untuk memerangi rasisme dan ekstremisme selama pertemuan puncak di Gedung Putih yang mengumpulkan para ahli dan pemimpin lokal.

Dilansir laman Reuters, YouTube mengatakan akan memperluas kebijakannya untuk memerangi ekstremisme kekerasan dengan menghapus konten yang mengagungkan tindakan kekerasan, termasuk jika pembuat video tidak terkait dengan organisasi teroris. Selain itu, YouTube juga mengatakan akan meluncurkan kampanye literasi media untuk mengajari pengguna yang lebih muda cara mengenali taktik manipulasi yang digunakan untuk menyebarkan informasi yang salah.

Sementara Microsoft mengatakan akan membuat versi dasar dan lebih terjangkau dari kecerdasan buatan dan alat pembelajaran mesinnya agar tersedia di sekolah dan organisasi yang lebih kecil untuk membantu mereka mendeteksi dan mencegah kekerasan. Terakhir, Meta mengumumkan akan bermitra dengan para peneliti dari Middlebury Institute of International Studies/ Center on Terrorism dan Extremism and Counterterrorism.

Tahun lalu, anggota parlemen menanyai kepala eksekutif Alphabet, Facebook, dan Twitter tentang apakah perusahaan memikul tanggung jawab atas peristiwa yang menyebabkan penyerbuan US Capitol pada 6 Januari 2021.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement