REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) kembali membatalkan peluncuran perdana roket Space Launch System (SLS) setelah para insinyur gagal memperbaiki kebocoran hidrogen. Kebocoran tersebut diketahui pada Sabtu pagi segera setelah roket mulai diisi dengan hidrogen.
Tim melakukan tiga upaya penanggulangan. Namun kebocoran terdeteksi setelah setiap upaya dilakukan. Setelah ketiga kalinya, para insinyur merekomendasikan agar peluncuran kembali ditunda. Pembatalan misi diputuskan oleh Direktur Peluncuran Misi Charlie Blackwell-Thompson.
SLS sangat diandalkan dalam program Artemis NASA. Untuk misi kali ini yang disebut Artemis I, SLS bertugas meluncurkan Orion di sekitar bulan. Pada misi depan, NASA akan berusaha mengembalikan astronaut ke permukaan bulan menggunakan SLS, Orion, dan peralatan tambahan.
Sebelumnya pada 29 Agustus, NASA juga membatalkan peluncuran SLS karena masalah pada sistem pembuangan. “Pengontrol peluncuran terus mengevaluasi alasan masalah mesin RS-25 tidak bekerja,” kata NASA dalam sebuah unggahan blog. SLS akan lepas landas sekitar pukul 08.33 waktu setempat tetapi dibatalkan setelah NASA memutuskan itu tidak berhasil diluncurkan.
Setelah SLS diluncurkan dari Vehicle Assembly Building (VAB), ada batas waktu 20 hari untuk sistem terminasi penerbangan sebelum harus diuji lagi. Artinya, roket harus kembali diluncurkan dalam waktu 20 hari sejak diluncurkan atau harus dikembalikan ke VAB agar sistem penghentian penerbangan dapat diperiksa kembali. Pengujian itu membutuhkan waktu sehingga jika SLS dipaksa untuk kembali ke VAB setelah diluncurkan pada Agustus, kemungkinan tidak akan siap untuk terbang hingga akhir Oktober.
Pada 2025, NASA berencana meluncurkan pendaratan berawak pertama di bulan sejak misi Apollo 17 pada 1972. Pendaratan ini akan mencakup wanita pertama yang berjalan di bulan.