Senin 29 Aug 2022 23:14 WIB

Integritas dan Kejujuran Dinilai Jadi Faktor Utama Etika Digital

Gen Z berada di lingkungan teknologi yang sudah maju.

Jaringan internet (ilustrasi).
Foto: Www.freepik.com
Jaringan internet (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kesadaran dan pemahaman masyarakat digital saat ini akan etika sopan santun di dunia maya menjadi persoalan yang penting. Kompetensi literasi digital seperti mengakses dan menyeleksi informasi sesuai etika berinternet atau netiket di platform digital merupakan cara membentengi diri dari tindakan negatif di ruang maya. 

"Agar kita tidak terjebak pada informasi negatif sepeti hoaks dan ujaran kebencian, maka menyeleksi informasi menjadi sesuatu yang harus selalu dilatih," ujar Dosen Universitas Sahid, Khairul Syaffudin saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok pendidikan di wilayah DKI/Jakarta Banten, Senin (22/8/2022).  

Baca Juga

Pengguna media digital harus terbiasa melatih dirinya untuk memikirkan ulang informasi yang dibaca sehari-hari. Kompetensi literasi digital untuk netiket lainnya adalah dalam memproduksi dan mendistribusikan informasi di platform digital. Di mana media sosial juga sebagai penghubung penggunanya berkolaborasi data dan informasi, maka harus dilakukan secara aman dan nyaman. Orang-orang di dalamnya pun harus bisa bekerja sama berpartisipasi membangun relasi sosial dengan menerapkan netiket. 

Ruang lingkup mempraktikan etika digital tersebut meliputi kesadaran saat membaca dan mendistribusikan konten, kemudian memiliki tanggung jawab. Aspek lainnya adalah integritas, kejujuran untuk menghindari plagiasi atau manipulasi, asas lainnya kebermanfaatan bagi lingkungan. 

"Saat berbicara Gen Z, maka harus menyadari bahwa mereka orang yang lahir sekitar tahun 1997 hingga 2012. Mereka generasi yang mahir teknologi dan suka berkomunikasi di dunia virtual," katanya lagi.

Selain itu Gen Z lebih terbuka terhadap segala sesuatu, mampu multitasking mengerjakan banyak hal dalam satu waktu. Gen Z juga dikenal sebagai generasi yang menyukai hal instant. Hal ini menjadi tantangan bahwa Gen Z harus bisa membatasi mengunggah informasi yang bersifat pribadi. Sebab karakter keterbukaan generasi ini bisa dimanfaatkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Selain itu Gen Z berada di lingkungan teknologi yang sudah maju, sehingga mereka mencari sumber bacaan lebih senang mencarinya di Google. Dalam pengembangan budaya digital di kehidupan Gen Z, ada budaya partisipatif dan kolaboratif di mana mereka sensng berbagi data dan akan menciptakan konten serta berpartisipasi dalam menyelesaikan permasalahan bersama. 

Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok pendidikan di wilayah DKI/Jakarta, Banten merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi. 

Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli dibidangnya antara lain Executive Assistant Young on Top, Chelen, Dosen Universitas Sahid, Khairul Syaffudin serta Wakil Rektor IV Institute Komunikasi dan Bisnis LSPR, Lestari Nurhajati. 

Dalam perjalanannya Program #MakinCakapDigital sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 2021 yang lalu, berfokus pada peningkatan wawasan dan kecakapan digital masyarakat Indonesia yang diukur berdasarkan empat pilar digital, yaitu Kecakapan Digital, Etika Digital, Keamanan Digital, dan Budaya Digital.

“Pada tahun 2022 akan diberikan pelatihanliterasi digital kepada 5,5 juta masyarakat. Kinerja literasi digital pun mulai menunjukkan peningkatan dari segi kualitas. Peluang kecakapan digital tersebut perlu dimanfaatkan secara optimal, mengingat kita memiliki potensi sumber daya manusia yang besar”, ujar Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny G. Plate, dalam sambutan program Makin Cakap Digital beberapa waktu lalu, dilansir dari Antara.

 

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement